Lebih dari 100 Sekolah di Serbia Terima Ancaman Bom

Kamis, 18 Mei 2023 - 01:22 WIB
Lebih dari 100 sekolah di Serbia menerima ancaman bom. Foto/Ilustrasi
BEOGRADE - Kementerian Dalam Negeri Serbia mengonfirmasi ancaman bom terhadap sekolah dasar dan menengah di seluruh negara. Itu terjadi menyusul penembakan mematikan yang terjadi di sekolah.

Ibu Kota Serbia, Beograd, dibanjiri laporan tentang alat peledak yang ditanam di sekolah-sekolah pada Rabu pagi waktu setempat.

Kementerian Pendidikan Serbia kemudian mengkonfirmasi bahwa 78 sekolah dasar dan 37 sekolah menengah di Beograd dikirimi email tentang serangan bom yang tertunda, hanya dua minggu setelah aksi penembakan mematikan mengguncang negara itu.



Polisi mengirim tim ke lapangan untuk menyelidiki ancaman tersebut, sementara siswa dan karyawan sekolah dievakuasi.

"Untuk memastikan keamanan siswa dan karyawan, kelas pada shift pertama telah dihentikan sampai polisi menyelesaikan pemeriksaan di tempat kejadian," kata Kementerian Pendidikan Serbia dalam sebuah pernyataan.

"Beberapa sekolah telah diperiksa dan kelas berlangsung tanpa masalah," sambung pernyataan itu seperti dikutip dari Euronews, Kamis (18/5/2023).

Belum ada laporan bahwa bom ditemukan di sekolah mana pun, dan polisi belum mengeluarkan laporan mereka.

Dua peristiwa penembakan mematikan mengguncang Serbia. Penembakan sekolah pertama dalam sejarah modern Serbia terjadi dua minggu lalu ketika seorang anak berusia 13 tahun mengambil senjata ayahnya dan membunuh delapan teman sekelas dan seorang penjaga.



Seorang gadis yang terluka dalam insiden itu meninggal pada hari Senin setelah beberapa upaya dilakukan untuk menyelamatkan nyawanya, sehingga jumlah korban menjadi 10 orang.

Sehari setelah penembakan di sekolah, seorang pria berusia 21 tahun melakukan penembakan di Mladenovac yang menewaskan delapan orang, termasuk seorang petugas polisi yang sedang tidak bertugas, dan melukai 14 lainnya.



Mladenovac berada di Serbia tengah, sekitar 100 kilometer selatan Beograd.

Insiden mengejutkan tersebut telah memicu perdebatan nasional tentang budaya kekerasan yang hadir dalam masyarakat Serbia setelah perang disintegrasi berdarah Yugoslavia selama tahun 1990-an dan awal 2000-an.

Beberapa menuntut kontrol yang lebih keras terhadap konten kekerasan di TV dan di surat kabar nasional.

Presiden Serbia Aleksandar Vucic kemudian mengumumkan tindakan keras anti-senjata dan warga telah menyerahkan sekitar 15.000 senjata yang tidak terdaftar sebagai bagian dari periode amnesti selama sebulan di mana tidak ada yang akan dituntut atas kepemilikan senjata ilegal

Pihak berwenang telah mengatakan kepada warga untuk menyerahkan senjata yang tidak terdaftar paling lambat 8 Juni atau menghadapi hukuman penjara.

Langkah-langkah anti-senjata lainnya termasuk larangan lisensi senjata baru, kontrol yang lebih ketat pada pemilik senjata dan lapangan tembak, serta hukuman yang lebih keras untuk kepemilikan senjata secara ilegal.

Presiden Serbia juga mengumumkan bahwa sekitar 156 psikolog dan psikiater akan ditempatkan di sekolah-sekolah di seluruh negeri untuk membantu mereka mengatasi masalah apa pun yang mungkin mereka hadapi setelah pembantaian mengerikan itu.
(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More