Putin Dilaporkan Mulai Jengkel dengan Assad yang Keras Kepala
Rabu, 29 April 2020 - 04:42 WIB
Kritik Terbuka
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah bahwa Putin tidak senang dengan Assad karena menolak untuk berkompromi dengan oposisi Suriah dalam menegosiasikan penyelesaian politik.
Rusia diketahui telah menekan Assad di belakang layar selama beberapa tahun, tanpa hasil, untuk menyetujui setidaknya beberapa konsesi politik untuk memenangkan dukungan PBB atas pemilu ulang yang diharapkannya pada tahun 2021. Kritik Rusia yang disuarakan secara terbuka terhadap sekutunya itu menandai perubahan pendekatan yang tajam.
Federal News Agency, media yang terkait dengan Yevgeny Prigozhin, yang dikenal sebagai "Chef Putin" karena kontrak katering Kremlin-nya, menerbitkan sebuah artikel online yang menyerang Assad sebagai sosok korup. Media itu juga mengutip sebuah jajak pendapat yang menunjukkan Assad hanya memiliki dukungan 32 persen, sementara ada daftar sejumlah pengganti potensial dari dalam rezim Suriah dan oposisi.
Entah kenapa artikel di Federal News Agency dengan cepat menghilang. Beberapa hari kemudian, Russian International Affairs Council (Dewan Urusan Internasional Rusia), sebuah kelompok think tank kebijakan luar negeri yang didirikan oleh Kremlin, menerbitkan komentar yang mengkritik pemerintah di Damaskus karena tidak memiliki pendekatan yang jauh ke depan dan fleksibel untuk mengakhiri konflik.
"Jika Assad menolak menerima konstitusi baru, rezim Suriah akan menempatkan dirinya dalam risiko besar," kata Alexander Aksenyonok, seorang mantan diplomat Rusia dan wakil presiden lembaga tersebut, dalam sebuah wawancara telepon.
Menurut seseorang yang dekat dengan Kremlin, kedua publikasi itu merupakan sinyal kuat bagi kepemimpinan Suriah.
Sumber lain yang dekat dengan Kremlin mengatakan Putin memandang Assad sebagai sosok yang keras kepala yang telah membuktikan kekecewaan baginya dan menggunakan media yang terkait dengan Prigozhin untuk menyampaikan hal tersebut.
Namun, kata dia dan seorang pejabat pemerintah, presiden Suriah itu tidak dapat ditinggalkan karena tidak ada sekutu yang layak lainnya di Suriah.
Tidak ada reaksi resmi dari Suriah dan surat kabar Suriah, atas kritik media pro-Kremlin tersebut. Duta Besar Suriah untuk Moskow, Riad Haddad, tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah bahwa Putin tidak senang dengan Assad karena menolak untuk berkompromi dengan oposisi Suriah dalam menegosiasikan penyelesaian politik.
Rusia diketahui telah menekan Assad di belakang layar selama beberapa tahun, tanpa hasil, untuk menyetujui setidaknya beberapa konsesi politik untuk memenangkan dukungan PBB atas pemilu ulang yang diharapkannya pada tahun 2021. Kritik Rusia yang disuarakan secara terbuka terhadap sekutunya itu menandai perubahan pendekatan yang tajam.
Federal News Agency, media yang terkait dengan Yevgeny Prigozhin, yang dikenal sebagai "Chef Putin" karena kontrak katering Kremlin-nya, menerbitkan sebuah artikel online yang menyerang Assad sebagai sosok korup. Media itu juga mengutip sebuah jajak pendapat yang menunjukkan Assad hanya memiliki dukungan 32 persen, sementara ada daftar sejumlah pengganti potensial dari dalam rezim Suriah dan oposisi.
Entah kenapa artikel di Federal News Agency dengan cepat menghilang. Beberapa hari kemudian, Russian International Affairs Council (Dewan Urusan Internasional Rusia), sebuah kelompok think tank kebijakan luar negeri yang didirikan oleh Kremlin, menerbitkan komentar yang mengkritik pemerintah di Damaskus karena tidak memiliki pendekatan yang jauh ke depan dan fleksibel untuk mengakhiri konflik.
"Jika Assad menolak menerima konstitusi baru, rezim Suriah akan menempatkan dirinya dalam risiko besar," kata Alexander Aksenyonok, seorang mantan diplomat Rusia dan wakil presiden lembaga tersebut, dalam sebuah wawancara telepon.
Menurut seseorang yang dekat dengan Kremlin, kedua publikasi itu merupakan sinyal kuat bagi kepemimpinan Suriah.
Sumber lain yang dekat dengan Kremlin mengatakan Putin memandang Assad sebagai sosok yang keras kepala yang telah membuktikan kekecewaan baginya dan menggunakan media yang terkait dengan Prigozhin untuk menyampaikan hal tersebut.
Namun, kata dia dan seorang pejabat pemerintah, presiden Suriah itu tidak dapat ditinggalkan karena tidak ada sekutu yang layak lainnya di Suriah.
Tidak ada reaksi resmi dari Suriah dan surat kabar Suriah, atas kritik media pro-Kremlin tersebut. Duta Besar Suriah untuk Moskow, Riad Haddad, tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.
Lihat Juga :
tulis komentar anda