Sentil AS, China Siap Genjot Kerja Sama Militer dengan Rusia
Kamis, 30 Maret 2023 - 22:05 WIB
BEIJING - China siap memperkuat kerja sama dengan militer Rusia untuk bersama-sama menegakkan keadilan, perdamaian, dan keamanan internasional. Hal itu diungkapkan juru bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei.
Pengumuman itu muncul setelah pertemuan puncak antara Presiden Xi Jinping dan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, di Moskow awal bulan ini. Kedua pemimpin negara itu menegaskan kembali prinsip-prinsip kemitraan antara negara mereka, dan sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral dan koordinasi militer.
Menurut Tan, China bersedia bekerja sama dengan militer Rusia untuk sepenuhnya mengimplementasikan konsensus penting yang dicapai oleh kedua kepala negara.
"Itu termasuk lebih memperkuat komunikasi dan koordinasi strategis," tambahnya seperti dikutip dari RT, Kamis (30/3/2023).
Diplomat tersebut menyatakan bahwa kedua negara berencana untuk secara teratur menyelenggarakan patroli laut dan udara bersama, serta mengadakan latihan dan memperkuat berbagai bidang kerja sama lainnya.
Menurut Tan, tujuannya adalah untuk memperdalam rasa saling percaya militer dengan Rusia untuk membantu memastikan keadilan internasional dan memberikan kontribusi baru bagi keamanan internasional dan regional.
"Ini akan melayani pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia,” tegasnya.
Tan mencatat hubungan yang semakin kuat antara Moskow dan Beijing, tetapi menegaskan bahwa mereka tidak sama dengan aliansi militer-politik gaya Perang Dingin. Menurut juru bicara itu, ikatan melampaui model hubungan negara ini dan memiliki sifat non-blok, non-konfrontasi, dan non-penargetan negara ketiga.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyebut hubungan yang tumbuh antara Rusia dan China "sangat meresahkan". Para pejabat juga menggambarkan China sebagai "tantangan", dengan Pentagon meminta anggaran pertahanan 2024 hingga USD842 miliar.
Selama konferensi persnya, Tan berargumen bahwa China adalah pembangun perdamaian dunia dan kontributor pembangunan global. Sebaliknya, dia mengklaim bahwa AS menggunakan anggaran pertahanannya yang sangat besar – yang tertinggi di dunia – untuk melancarkan perang dan menciptakan kekacauan di mana-mana, sehingga menjadikannya ancaman terbesar bagi perdamaian, keamanan, dan stabilitas dunia.
Pengumuman itu muncul setelah pertemuan puncak antara Presiden Xi Jinping dan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, di Moskow awal bulan ini. Kedua pemimpin negara itu menegaskan kembali prinsip-prinsip kemitraan antara negara mereka, dan sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral dan koordinasi militer.
Menurut Tan, China bersedia bekerja sama dengan militer Rusia untuk sepenuhnya mengimplementasikan konsensus penting yang dicapai oleh kedua kepala negara.
"Itu termasuk lebih memperkuat komunikasi dan koordinasi strategis," tambahnya seperti dikutip dari RT, Kamis (30/3/2023).
Diplomat tersebut menyatakan bahwa kedua negara berencana untuk secara teratur menyelenggarakan patroli laut dan udara bersama, serta mengadakan latihan dan memperkuat berbagai bidang kerja sama lainnya.
Menurut Tan, tujuannya adalah untuk memperdalam rasa saling percaya militer dengan Rusia untuk membantu memastikan keadilan internasional dan memberikan kontribusi baru bagi keamanan internasional dan regional.
"Ini akan melayani pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia,” tegasnya.
Tan mencatat hubungan yang semakin kuat antara Moskow dan Beijing, tetapi menegaskan bahwa mereka tidak sama dengan aliansi militer-politik gaya Perang Dingin. Menurut juru bicara itu, ikatan melampaui model hubungan negara ini dan memiliki sifat non-blok, non-konfrontasi, dan non-penargetan negara ketiga.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyebut hubungan yang tumbuh antara Rusia dan China "sangat meresahkan". Para pejabat juga menggambarkan China sebagai "tantangan", dengan Pentagon meminta anggaran pertahanan 2024 hingga USD842 miliar.
Selama konferensi persnya, Tan berargumen bahwa China adalah pembangun perdamaian dunia dan kontributor pembangunan global. Sebaliknya, dia mengklaim bahwa AS menggunakan anggaran pertahanannya yang sangat besar – yang tertinggi di dunia – untuk melancarkan perang dan menciptakan kekacauan di mana-mana, sehingga menjadikannya ancaman terbesar bagi perdamaian, keamanan, dan stabilitas dunia.
(ian)
tulis komentar anda