Zakir Naik: Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid Boleh karena di Tanah Taklukkan Muslim
Sabtu, 18 Juli 2020 - 12:27 WIB
KUALA LUMPUR - Ulama kotroversial asal India, Zakir Naik , mendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengubah museum Hagia Sophia di Istanbul kembali menjadi masjid. Menurutnya, konversi bangunan itu dibolehkan karena bangunan berada di tanah yang sudah ditaklukkan kaum Muslim.
Hagia Sophia selesai dibangun tahun 537 sebagai Katedral Kristen Ortodoks oleh Kekaisaran Bizantium yang berkuasa atas Istanbul atau Konstantinopel kala itu. Kota itu kemudian ditaklukkan Kekaisaran Ottoman tahun 1453 dan atas prakarsa Sultan Mehmed II (Sultan Muhammad Al-Fatih), bangunan kuno itu dibeli dan dikonversi menjadi masjid.
Kekaisaran Ottoman kemudian runtuh dan berdiri Republik Turki modern yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Dia menjadi Turki sebagai negara sekuler. Pada tahun 1935, masjid Hagia Sophia diubah statusnya menjadi museum. Kemudian pada Jumat (10/7/2020) Presiden Erdogan membuat sejarah dengan mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid setelah pengadilan Turki membatalkan keputusan pemerintah era Ataturk. (Baca: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
Zakir Naik mengomentari konversi Hagia Sophia kembali menjadi masjid melalui saluran YouTube-nya pada 15 Juli 2020. Ulama yang diberi izin tinggal di Malaysia itu mengatakan kaum Muslim menaklukkan Konstantinopel atau Istanbul, sehingga mereka diizinkan untuk menggunakannya sesuai keinginan mereka, termasuk mengubah tempat-tempat suci menjadi masjid.
Dia menjelaskan bahwa satu-satunya kasus di mana hal ini tidak diizinkan adalah ketika umat Islam memiliki perjanjian dengan non-Muslim atau ketika non-Muslim membayar pajak kepada kaum Muslim.
Zakir Naik dituduh melakukan pencucian uang dan menghasut terorisme di India. Dia saat ini dalam pengasingan di Malaysia.
"Bisakah tempat suci—gereja atau kuil—dikonversi menjadi masjid? Setelah itu ditaklukkan, jawabannya ya," katanya.
"Apa yang saya baca di media adalah bahwa ada banyak negara Muslim, dan banyak yang disebut pengkhotbah dan cendekiawan Muslim dari negara-negara Barat, yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Turki dan apa yang dilakukan Erdogan adalah salah," lanjut dia, yang video YouTube-nya dipublikasikan Middle East Media Research Institute (MEMRI), Sabtu (18/7/2020).
"Hanya jika ada perjanjian antara Muslim dan non-Muslim, atau jika non-Muslim tunduk, atau mereka adalah dhimmi—non-Muslim yang hidup di bawah hukum pemerintahan Islam...Itulah satu-satunya kondisi di mana umat Islam memberi mereka keamanan dan mereka membayar jizya (pajak). Sejauh ketika penguasa Ottoman menaklukkan Konstantinopel, itu adalah penaklukan, itu adalah perang," paparnya. (Baca juga: Erdogan: Jadi Masjid, Salat Pertama di Hagia Sophia 24 Juli )
"Banyak Muslim yang tinggal di negara-negara Barat atau bahkan beberapa Muslim yang tinggal di tanah Arab berusaha bersikap lunak kepada non-Muslim dan mencoba itu," lanjut Zakir Naik.
"Banyak dari mereka memberikan vonis yang bertentangan dengan Alquran dan Sunnah. Hati-hati jika Anda akan melawan saudara Muslim kita (Erdogan)," imbuh Zakir Naik.
Hagia Sophia selesai dibangun tahun 537 sebagai Katedral Kristen Ortodoks oleh Kekaisaran Bizantium yang berkuasa atas Istanbul atau Konstantinopel kala itu. Kota itu kemudian ditaklukkan Kekaisaran Ottoman tahun 1453 dan atas prakarsa Sultan Mehmed II (Sultan Muhammad Al-Fatih), bangunan kuno itu dibeli dan dikonversi menjadi masjid.
Kekaisaran Ottoman kemudian runtuh dan berdiri Republik Turki modern yang dipimpin Mustafa Kemal Ataturk. Dia menjadi Turki sebagai negara sekuler. Pada tahun 1935, masjid Hagia Sophia diubah statusnya menjadi museum. Kemudian pada Jumat (10/7/2020) Presiden Erdogan membuat sejarah dengan mengubah Hagia Sophia kembali menjadi masjid setelah pengadilan Turki membatalkan keputusan pemerintah era Ataturk. (Baca: Sejarah Hagia Sophia, antara Katedral Kristen Ortodoks dan Masjid )
Zakir Naik mengomentari konversi Hagia Sophia kembali menjadi masjid melalui saluran YouTube-nya pada 15 Juli 2020. Ulama yang diberi izin tinggal di Malaysia itu mengatakan kaum Muslim menaklukkan Konstantinopel atau Istanbul, sehingga mereka diizinkan untuk menggunakannya sesuai keinginan mereka, termasuk mengubah tempat-tempat suci menjadi masjid.
Dia menjelaskan bahwa satu-satunya kasus di mana hal ini tidak diizinkan adalah ketika umat Islam memiliki perjanjian dengan non-Muslim atau ketika non-Muslim membayar pajak kepada kaum Muslim.
Zakir Naik dituduh melakukan pencucian uang dan menghasut terorisme di India. Dia saat ini dalam pengasingan di Malaysia.
"Bisakah tempat suci—gereja atau kuil—dikonversi menjadi masjid? Setelah itu ditaklukkan, jawabannya ya," katanya.
"Apa yang saya baca di media adalah bahwa ada banyak negara Muslim, dan banyak yang disebut pengkhotbah dan cendekiawan Muslim dari negara-negara Barat, yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Turki dan apa yang dilakukan Erdogan adalah salah," lanjut dia, yang video YouTube-nya dipublikasikan Middle East Media Research Institute (MEMRI), Sabtu (18/7/2020).
"Hanya jika ada perjanjian antara Muslim dan non-Muslim, atau jika non-Muslim tunduk, atau mereka adalah dhimmi—non-Muslim yang hidup di bawah hukum pemerintahan Islam...Itulah satu-satunya kondisi di mana umat Islam memberi mereka keamanan dan mereka membayar jizya (pajak). Sejauh ketika penguasa Ottoman menaklukkan Konstantinopel, itu adalah penaklukan, itu adalah perang," paparnya. (Baca juga: Erdogan: Jadi Masjid, Salat Pertama di Hagia Sophia 24 Juli )
"Banyak Muslim yang tinggal di negara-negara Barat atau bahkan beberapa Muslim yang tinggal di tanah Arab berusaha bersikap lunak kepada non-Muslim dan mencoba itu," lanjut Zakir Naik.
"Banyak dari mereka memberikan vonis yang bertentangan dengan Alquran dan Sunnah. Hati-hati jika Anda akan melawan saudara Muslim kita (Erdogan)," imbuh Zakir Naik.
(min)
tulis komentar anda