Kelompok Lingkungan Marah setelah Kapal Induk Brasil Ditenggelamkan di Atlantik
Minggu, 05 Februari 2023 - 01:01 WIB
BRASILIA - Kelompok lingkungan menanggapi dengan kemarahan setelah Angkatan Laut Brasil menenggelamkan bekas kapal induk andalannya di Atlantik.
Kapal yang dinonaktifkan awalnya dijadwalkan dibongkar untuk dijadikan besi tua di Turki, tetapi ditolak masuk.
"Penenggelaman yang direncanakan dan dikendalikan dari kapal 'Sao Paulo' seberat 32.800 ton terjadi pada Jumat sore, sekitar 350 km (217 mil) lepas pantai Brasil pada kedalaman sekitar 5.000 meter,” ungkap pernyataan Angkatan Laut Brasil.
Menurut Brasil, tempat peristirahatan terakhir dipilih sehubungan dengan aspek navigasi, lingkungan, dan ekonomi dari langkah tersebut.
Keputusan menenggelamkan kapal itu datang setelah perusahaan Turki Sok Denizcilik diberi wewenang tahun lalu untuk membongkar kapal untuk dijadikan besi tua.
Kementerian Pertahanan Brasil saat itu menyatakannya sebagai "upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya" untuk mendaur ulangnya dengan cara "aman dan ramah lingkungan".
Namun, setelah transit kapal dimulai, Turki memblokir prosedur tersebut karena kekhawatiran dari otoritas lingkungannya.
Brasil terpaksa membawa pulang kapal itu, tetapi tidak mengizinkannya memasuki pelabuhan karena "berisiko tinggi" terhadap lingkungan.
Kapal yang dinonaktifkan awalnya dijadwalkan dibongkar untuk dijadikan besi tua di Turki, tetapi ditolak masuk.
"Penenggelaman yang direncanakan dan dikendalikan dari kapal 'Sao Paulo' seberat 32.800 ton terjadi pada Jumat sore, sekitar 350 km (217 mil) lepas pantai Brasil pada kedalaman sekitar 5.000 meter,” ungkap pernyataan Angkatan Laut Brasil.
Menurut Brasil, tempat peristirahatan terakhir dipilih sehubungan dengan aspek navigasi, lingkungan, dan ekonomi dari langkah tersebut.
Keputusan menenggelamkan kapal itu datang setelah perusahaan Turki Sok Denizcilik diberi wewenang tahun lalu untuk membongkar kapal untuk dijadikan besi tua.
Kementerian Pertahanan Brasil saat itu menyatakannya sebagai "upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya" untuk mendaur ulangnya dengan cara "aman dan ramah lingkungan".
Namun, setelah transit kapal dimulai, Turki memblokir prosedur tersebut karena kekhawatiran dari otoritas lingkungannya.
Brasil terpaksa membawa pulang kapal itu, tetapi tidak mengizinkannya memasuki pelabuhan karena "berisiko tinggi" terhadap lingkungan.
tulis komentar anda