Turki Tuduh Barat Kobarkan Perang Psikologis
Jum'at, 03 Februari 2023 - 03:30 WIB
ANKARA - Turki mengecam sekelompok negara Barat yang menutup sementara konsulat mereka di Istanbul karena masalah keamanan. Turki menuduh mereka mengobarkan " perang psikologis " dan berusaha menghancurkan industri pariwisata Turki.
Jerman, Belanda, dan Inggris termasuk di antara negara-negara yang menutup konsulat mereka di kota berpenduduk sekitar 16 juta orang itu minggu ini. Kedutaan Besar Jerman mengutip risiko kemungkinan serangan balasan setelah insiden pembakaran Alquran di beberapa negara Eropa.
Sementara Amerika Serikat dan negara-negara lain mengeluarkan peringatan perjalanan yang mendesak warganya untuk berhati-hati. Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu mengatakan penutupan konsulat dan peringatan perjalanan adalah bagian dari rencana Barat untuk mencegah kebangkitan sektor pariwisata Turki setelah pandemi virus corona.
“Pada hari ketika kami menyatakan tujuan kami untuk (menarik) 60 juta wisatawan, pada saat 51,5 juta wisatawan tiba dan kami memperoleh pendapatan pariwisata sebesar USD46 miliar, mereka hampir memulai perang psikologis baru (melawan) Turki,” kata Soylu, seperti dikutip dari AP, Kamis (2/2/2023).
Akhir pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan peringatan perjalanan untuk negara-negara Eropa karena demonstrasi anti-Turki dan apa yang disebutnya sebagai Islamofobia. Peringatan tersebut menyusul demonstrasi seminggu sebelumnya di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia, di mana seorang aktivis anti-Islam membakar Alquran dan kelompok pro-Kurdi memprotes Turki.
Dalam perkembangan terkait, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar Norwegia untuk meminta agar protes yang direncanakan pada hari Jumat di negara Skandinavia itu dicegah karena akan ada "serangan" terhadap Alquran selama acara tersebut, Anadolu Agency milik pemerintah Turkiye dilaporkan Kamis.
Soylu mengatakan, Turki telah melakukan sebanyak 60 operasi terhadap kelompok Daesh (ISIS) sepanjang tahun ini dan menahan 95 orang. “Tahun lalu, hampir 2.000 tersangka Daesh ditahan dalam lebih dari 1.000 operasi terhadap kelompok tersebut,” katanya.
Awal pekan ini, Kementerian Dalam Negeri mengatakan pihak berwenang Turki telah menahan sejumlah tersangka menyusul peringatan dari "negara sahabat", tetapi belum menemukan senjata, amunisi, atau tanda-tanda tindakan kekerasan yang direncanakan.
Jerman, Belanda, dan Inggris termasuk di antara negara-negara yang menutup konsulat mereka di kota berpenduduk sekitar 16 juta orang itu minggu ini. Kedutaan Besar Jerman mengutip risiko kemungkinan serangan balasan setelah insiden pembakaran Alquran di beberapa negara Eropa.
Sementara Amerika Serikat dan negara-negara lain mengeluarkan peringatan perjalanan yang mendesak warganya untuk berhati-hati. Menteri Dalam Negeri Turki, Suleyman Soylu mengatakan penutupan konsulat dan peringatan perjalanan adalah bagian dari rencana Barat untuk mencegah kebangkitan sektor pariwisata Turki setelah pandemi virus corona.
“Pada hari ketika kami menyatakan tujuan kami untuk (menarik) 60 juta wisatawan, pada saat 51,5 juta wisatawan tiba dan kami memperoleh pendapatan pariwisata sebesar USD46 miliar, mereka hampir memulai perang psikologis baru (melawan) Turki,” kata Soylu, seperti dikutip dari AP, Kamis (2/2/2023).
Akhir pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Turki mengeluarkan peringatan perjalanan untuk negara-negara Eropa karena demonstrasi anti-Turki dan apa yang disebutnya sebagai Islamofobia. Peringatan tersebut menyusul demonstrasi seminggu sebelumnya di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia, di mana seorang aktivis anti-Islam membakar Alquran dan kelompok pro-Kurdi memprotes Turki.
Dalam perkembangan terkait, Kementerian Luar Negeri Turki memanggil duta besar Norwegia untuk meminta agar protes yang direncanakan pada hari Jumat di negara Skandinavia itu dicegah karena akan ada "serangan" terhadap Alquran selama acara tersebut, Anadolu Agency milik pemerintah Turkiye dilaporkan Kamis.
Soylu mengatakan, Turki telah melakukan sebanyak 60 operasi terhadap kelompok Daesh (ISIS) sepanjang tahun ini dan menahan 95 orang. “Tahun lalu, hampir 2.000 tersangka Daesh ditahan dalam lebih dari 1.000 operasi terhadap kelompok tersebut,” katanya.
Awal pekan ini, Kementerian Dalam Negeri mengatakan pihak berwenang Turki telah menahan sejumlah tersangka menyusul peringatan dari "negara sahabat", tetapi belum menemukan senjata, amunisi, atau tanda-tanda tindakan kekerasan yang direncanakan.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda