Media Australia: Jokowi Tunduk pada Megawati
A
A
A
CANBERRA - Menjelang eksekusi gembong narkoba duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, media Australia secara mengejutkan melansir laporan yang mengusik sosok Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Media Australia, Sydney Morning Herald (SMH), menyebut Jokowi presiden yang tunduk pada Megawati Soekarnoputri.
“Indonesian President Widodo under corrupt thumb of Megawati,” demikian judul media Australia itu yang dilansir hari ini (28/4/2015).
Dalam pemberitaan itu, diceritakan awal mula Jokowi meraih kursi kekuasaan sebagai Presiden Indonesia. Namun, kewibawaan Jokowi kemudian diusik terkait dengan Kongres PDIP belum lama ini. ”Joko Widodo, yang mengambil kekuasaan hanya enam bulan yang lalu dengan penilaian dan persetujuan bulat, seharusnya dipestakan ketika ia muncul sebelum kongres nasional partainya awal bulan ini,” tulis media Australia itu.
“Sebaliknya, ia dipermalukan. Saat ia duduk di barisan depanketua partainya, Megawati Soekarnoputri, dia dikuliahi dari podium. Dia mengatakan bahwa ia berutang padanya. Dia mengatakan kepadanya untuk melakukan seperti dia katakana,” lanjut sindiran media Australia itu.
Pidato Megawati juga ikut dikutip media itu untuk menggambarkan kelemahan sosok Presiden Jokowi. ”Sebagai perpajangan tangan partai, Anda petugasnya. Jika Anda tidak ingin disebut petugas partai, keluar!,” bunyi kutipan pidato Mega itu. Beberapa petinggi PDIP sejatinya telah mengkonfirmasi bahwa pidato Mega itu tidak secara khusus ditujukan kepada Jokowi.
SMH menulis bahwa Jokowi sosok yang patuh menerima penghinaan. Polemik pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri tak luput diulas SMH untuk menguatkan asumsi bahwa sosok Mega berpengaruh kuat dalam keputusan Jokowi, meski akhirnya Budi Gunawan batal menjadi Kapolri.
Terkait eksekusi gembong narkoba Bali Nine, SMH juga menganggap itu hasil dari tekanan Megawati. ”Megawati mengatakan kepadanya (Jokowi) di kongres partai, ‘Mengapa tidak dieksekusi? Anda jangan tunduk pada tekanan asing’ kata Greg Fealy, sejarawan politik dari Australian National University (ANU) kepada media Australia tersebut.
“Indonesian President Widodo under corrupt thumb of Megawati,” demikian judul media Australia itu yang dilansir hari ini (28/4/2015).
Dalam pemberitaan itu, diceritakan awal mula Jokowi meraih kursi kekuasaan sebagai Presiden Indonesia. Namun, kewibawaan Jokowi kemudian diusik terkait dengan Kongres PDIP belum lama ini. ”Joko Widodo, yang mengambil kekuasaan hanya enam bulan yang lalu dengan penilaian dan persetujuan bulat, seharusnya dipestakan ketika ia muncul sebelum kongres nasional partainya awal bulan ini,” tulis media Australia itu.
“Sebaliknya, ia dipermalukan. Saat ia duduk di barisan depanketua partainya, Megawati Soekarnoputri, dia dikuliahi dari podium. Dia mengatakan bahwa ia berutang padanya. Dia mengatakan kepadanya untuk melakukan seperti dia katakana,” lanjut sindiran media Australia itu.
Pidato Megawati juga ikut dikutip media itu untuk menggambarkan kelemahan sosok Presiden Jokowi. ”Sebagai perpajangan tangan partai, Anda petugasnya. Jika Anda tidak ingin disebut petugas partai, keluar!,” bunyi kutipan pidato Mega itu. Beberapa petinggi PDIP sejatinya telah mengkonfirmasi bahwa pidato Mega itu tidak secara khusus ditujukan kepada Jokowi.
SMH menulis bahwa Jokowi sosok yang patuh menerima penghinaan. Polemik pencalonan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri tak luput diulas SMH untuk menguatkan asumsi bahwa sosok Mega berpengaruh kuat dalam keputusan Jokowi, meski akhirnya Budi Gunawan batal menjadi Kapolri.
Terkait eksekusi gembong narkoba Bali Nine, SMH juga menganggap itu hasil dari tekanan Megawati. ”Megawati mengatakan kepadanya (Jokowi) di kongres partai, ‘Mengapa tidak dieksekusi? Anda jangan tunduk pada tekanan asing’ kata Greg Fealy, sejarawan politik dari Australian National University (ANU) kepada media Australia tersebut.
(mas)