Isu Senjata Kimia Mulai Dimunculkan di Perang Yaman
A
A
A
SANAA - Isu kepemilikan senjata kimia mulai dimunculkan dalam perang di Yaman antara milisi Houthi dan pasukan koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi. Koalisi Teluk curiga, mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh yang pro-Houthi memiliki senjata kimia.
Isu soal senjata kimia di Yaman itu menjadi laporan kantor berita pemerintah Saudi, SPA. Juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri mengatakan, bahwa Saleh adalah orang yang tak terduga yang mungkin akan mempertahankan posisinya.
Namun, kecurigaan koalisi Teluk itu tidak disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Mantan Presiden Saleh sendiri belum mengkonfirmasi soal isu kepemilikan senjata yang dituduhkan kepadanya.
Isu kepemilikan senjata kimia itu muncul saat agresi koalisi Teluk di Yaman berlangsung pada hari kesembilan. “Presiden terguling (Saleh) adalah orang yang tak terduga, maka, perilaku apapun dapat keluar dari dirinya, dalam rangka melestarikan keuntungan pribadi,” tulis SPA mengutip pernyataan Jenderal Asseri yang dilansir Sabtu (4/4/2015).
“Apa pun yang terjadi pada orang-orang Yaman, pasukan koalisi telah mengambil semua kemungkinan dan risiko untuk jadi pertimbangan,” lanjut laporan media pemerintah Saudi itu.
Selain isu kepemilikan senjata kimia, koalisi juga menuduh kelompok Houthi telah merekrut sejumlah tentara bayaran dari Afrika Selatan. Pasukan bayaran itu disebarkan di sepanjang perbatasan Saudi dan Yaman. Namun, Jenderal Asseri menegaskan bahwa wilayah udara di Yaman sudah di bawah kendali pasukan koalisi Teluk dan dipastikan tidak ada pesawat yang bisa terbang di Yaman.
Isu soal senjata kimia di Yaman itu menjadi laporan kantor berita pemerintah Saudi, SPA. Juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri mengatakan, bahwa Saleh adalah orang yang tak terduga yang mungkin akan mempertahankan posisinya.
Namun, kecurigaan koalisi Teluk itu tidak disertai dengan bukti-bukti yang jelas. Mantan Presiden Saleh sendiri belum mengkonfirmasi soal isu kepemilikan senjata yang dituduhkan kepadanya.
Isu kepemilikan senjata kimia itu muncul saat agresi koalisi Teluk di Yaman berlangsung pada hari kesembilan. “Presiden terguling (Saleh) adalah orang yang tak terduga, maka, perilaku apapun dapat keluar dari dirinya, dalam rangka melestarikan keuntungan pribadi,” tulis SPA mengutip pernyataan Jenderal Asseri yang dilansir Sabtu (4/4/2015).
“Apa pun yang terjadi pada orang-orang Yaman, pasukan koalisi telah mengambil semua kemungkinan dan risiko untuk jadi pertimbangan,” lanjut laporan media pemerintah Saudi itu.
Selain isu kepemilikan senjata kimia, koalisi juga menuduh kelompok Houthi telah merekrut sejumlah tentara bayaran dari Afrika Selatan. Pasukan bayaran itu disebarkan di sepanjang perbatasan Saudi dan Yaman. Namun, Jenderal Asseri menegaskan bahwa wilayah udara di Yaman sudah di bawah kendali pasukan koalisi Teluk dan dipastikan tidak ada pesawat yang bisa terbang di Yaman.
(mas)