China: Perseteruan Rusia dan Barat Biang Kisruh Ukraina
A
A
A
BEIJING - China memiliki pandangan tersendiri soal krisis Ukraina timur yang tak kunjung reda. Menurut China, perseteruan Rusia dan Barat yang justru membuat kisruh Ukraina.
Penilaian China soal krisis Ukraina itu disampaikan Duta Besar China untuk Belgia, Qu Xing, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua. Dia mendesak negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) untuk meninggalkan perseteruan dengan Rusia.
“Akar penyebab krisis (Ukraina) adalah ‘permainan’ antara Rusia dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa,” kata Qu Xing. Menurutnya, Moskow akan merasa diperlakukan tidak adil jika Barat tidak mengubah cara pendekatannya terkait krisis di Ukraina timur.
”Barat harus meninggalkan mentalitas ‘zero-sum’, dan memikirkan kekhawatiran keamanan yang nyata dengan mempertimbangkan (posisi) Rusia,” lanjut Qu Xing yang juga dilansir Moscow Times, Jumat (27/2/2015).
Meski cenderung membela Rusia, China sejak awal tidak ingin terlibat dalam kekisruhan di Ukraina. China juga telah berhati-hati untuk tidak terseret ke dalam perseteruan antara Rusia dan Barat.
Komentar Qu Xing itu bersamaan dengan adanya pembicaraan antara AS dan Eropa yang sedang membahas opsi penjatuhan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia. Menurut Qu Xing, keterlibatan Washington di Ukraina bisa menjadi gangguan dalam kebijakan luar negerinya.
Penilaian China soal krisis Ukraina itu disampaikan Duta Besar China untuk Belgia, Qu Xing, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua. Dia mendesak negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) untuk meninggalkan perseteruan dengan Rusia.
“Akar penyebab krisis (Ukraina) adalah ‘permainan’ antara Rusia dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa,” kata Qu Xing. Menurutnya, Moskow akan merasa diperlakukan tidak adil jika Barat tidak mengubah cara pendekatannya terkait krisis di Ukraina timur.
”Barat harus meninggalkan mentalitas ‘zero-sum’, dan memikirkan kekhawatiran keamanan yang nyata dengan mempertimbangkan (posisi) Rusia,” lanjut Qu Xing yang juga dilansir Moscow Times, Jumat (27/2/2015).
Meski cenderung membela Rusia, China sejak awal tidak ingin terlibat dalam kekisruhan di Ukraina. China juga telah berhati-hati untuk tidak terseret ke dalam perseteruan antara Rusia dan Barat.
Komentar Qu Xing itu bersamaan dengan adanya pembicaraan antara AS dan Eropa yang sedang membahas opsi penjatuhan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia. Menurut Qu Xing, keterlibatan Washington di Ukraina bisa menjadi gangguan dalam kebijakan luar negerinya.
(mas)