Rusia Tawarkan Rudal Anti-Pesawat Terbaru ke Iran
A
A
A
MOSKOW - Perusahaan Teknologi Senjata Negara Rusia, Rostec, telah menawarkan Iran untuk membeli rudal anti-pesawat terbaru Antey-2500. Sedangkan rudal S-300 yang lama didambakan Iran diklaim Rusia sistemnya sudah tua.
Iran sendiri sedang mempertimbangkan tawaran itu. ”Kami telah menawarkan rudal Antey-2500, bukan rudal S-300. Mereka sedang berpikir. Belum ada keputusan yang telah dibuat,” kata CEO Rostec, Sergei Chemezov, saat pameran senjata internasional di Abu Dhabi.
Chemezov, seperti dilansir Russia Today, Selasa (24/2/2015), mengingatkan, bahwa rudal Antey-2500 adalah versi perbaikan dari rudal S-300. Rusia, kata dia, sudah berhenti mengembangkan rudal S-300. (Baca juga: Rusia Isyaratkan Pasok Rudal S-300 ke Iran)
Iran dan Rusia sejatinya sudah terikat kontrak jual beli rudal S-300 pada tahun 2007. Namun, kontrak senilai US$800 juta itu terpaksa dibatalkan pada 2010 karena Iran terkena sanksi PBB terkait program nuklirnya.
Gara-gara pembatalan kontrak jual beli rudal S-300 itu, Teheran mengajukan gugatan senilai US$4 miliar ke pengadilan arbitrase Jenewa.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, pada Januari 2015 lalu lawatan ke ke Iran. Menurutnya, Moskow dan Teheran telah menandatangani kesepakatan kerja sama militer yang menyiratkan kerjasama yang lebih luas dalam pelatihan personel dan kegiatan kontra-terorisme. Namun, dia tidak menolak membahas soal tawaran rudal ke Iran.
Iran sendiri sedang mempertimbangkan tawaran itu. ”Kami telah menawarkan rudal Antey-2500, bukan rudal S-300. Mereka sedang berpikir. Belum ada keputusan yang telah dibuat,” kata CEO Rostec, Sergei Chemezov, saat pameran senjata internasional di Abu Dhabi.
Chemezov, seperti dilansir Russia Today, Selasa (24/2/2015), mengingatkan, bahwa rudal Antey-2500 adalah versi perbaikan dari rudal S-300. Rusia, kata dia, sudah berhenti mengembangkan rudal S-300. (Baca juga: Rusia Isyaratkan Pasok Rudal S-300 ke Iran)
Iran dan Rusia sejatinya sudah terikat kontrak jual beli rudal S-300 pada tahun 2007. Namun, kontrak senilai US$800 juta itu terpaksa dibatalkan pada 2010 karena Iran terkena sanksi PBB terkait program nuklirnya.
Gara-gara pembatalan kontrak jual beli rudal S-300 itu, Teheran mengajukan gugatan senilai US$4 miliar ke pengadilan arbitrase Jenewa.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu, pada Januari 2015 lalu lawatan ke ke Iran. Menurutnya, Moskow dan Teheran telah menandatangani kesepakatan kerja sama militer yang menyiratkan kerjasama yang lebih luas dalam pelatihan personel dan kegiatan kontra-terorisme. Namun, dia tidak menolak membahas soal tawaran rudal ke Iran.
(mas)