ISIS Klaim Tawan Mata-mata Israel di Suriah
A
A
A
RAQQA - Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim telah menawan warga Israel keturunan Arab yang bekerja menjadi mata-mata untuk Mossad di Suriah. Namun, Israel dan keluarga membantah jika tawanan itu merupakan mata-mata.
Pria Israel yang ditawan ISIS itu bernama Muhammad Musallam, 19. Sosok pria itu ditampilkan dalam majalah Dabiq, sebuah majalah yang diproduksi ISIS. Majalah itu menulis, bahwa Musallam bergabung dengan kelompok pemberontak di Suriah sehingga bisa melapor ke Israel tentang lokasi gudang senjata.
”Saya mengatakan kepada semua orang yang ingin memata-matai ISIS, jangan berpikir bahwa Anda begitu pintar dan bahwa Anda dapat menipu ISIS. Anda tidak akan berhasil sama sekali,” kata pria Israel itu dalam wawancaranya dengan majalah tersebut.
”Tinggalkan jauh-jauh dari jalan ini. Jauhi orang-orang yang membantu Yahudi dan orang murtad. Ikuti jalan yang benar,” lanjut pria itu.
Namun, ayah pemuda Israel itu, Said Mussalam, membantah bahwa anaknya seorang mata-mata untuk Israel. Menurutnya, anaknya hilang setelah bepergian sebagai turis ke Turki. Pemuda itu lantas menelepon rumah, dan mengaku bahwa dia telah diculik di Suriah.
“Dia berkata, ’Ayah, saya membutuhkan US$200 atau US$300, sehingga mereka akan membiarkan saya pergi’,” kata Said Musallam menirukan ucapann putranya di telepon, kepada Reuters, Jumat (13/2/2015). Sebelum ia mengirim uang, seorang pria lain menelepon untuk memberitahukan bahwa putranya telah melarikan diri penculiknya, tetapi telah ditangkap ISIS.
Sementara itu, seorang pejabat keamanan Israel mengatakan Muhammad Musallam pergi ke Turki pada 24 Oktober dalam rangka memperjuangkan ISIS di Suriah. ”Dia melakukan inisiatif sendiri, tanpa sepengetahuan keluarganya," kata pejabat Israel kepada Reuters yang berbicara dalam kondisi anonim.
Pria Israel yang ditawan ISIS itu bernama Muhammad Musallam, 19. Sosok pria itu ditampilkan dalam majalah Dabiq, sebuah majalah yang diproduksi ISIS. Majalah itu menulis, bahwa Musallam bergabung dengan kelompok pemberontak di Suriah sehingga bisa melapor ke Israel tentang lokasi gudang senjata.
”Saya mengatakan kepada semua orang yang ingin memata-matai ISIS, jangan berpikir bahwa Anda begitu pintar dan bahwa Anda dapat menipu ISIS. Anda tidak akan berhasil sama sekali,” kata pria Israel itu dalam wawancaranya dengan majalah tersebut.
”Tinggalkan jauh-jauh dari jalan ini. Jauhi orang-orang yang membantu Yahudi dan orang murtad. Ikuti jalan yang benar,” lanjut pria itu.
Namun, ayah pemuda Israel itu, Said Mussalam, membantah bahwa anaknya seorang mata-mata untuk Israel. Menurutnya, anaknya hilang setelah bepergian sebagai turis ke Turki. Pemuda itu lantas menelepon rumah, dan mengaku bahwa dia telah diculik di Suriah.
“Dia berkata, ’Ayah, saya membutuhkan US$200 atau US$300, sehingga mereka akan membiarkan saya pergi’,” kata Said Musallam menirukan ucapann putranya di telepon, kepada Reuters, Jumat (13/2/2015). Sebelum ia mengirim uang, seorang pria lain menelepon untuk memberitahukan bahwa putranya telah melarikan diri penculiknya, tetapi telah ditangkap ISIS.
Sementara itu, seorang pejabat keamanan Israel mengatakan Muhammad Musallam pergi ke Turki pada 24 Oktober dalam rangka memperjuangkan ISIS di Suriah. ”Dia melakukan inisiatif sendiri, tanpa sepengetahuan keluarganya," kata pejabat Israel kepada Reuters yang berbicara dalam kondisi anonim.
(mas)