Langka, NATO dan Rusia Memiliki Pandangan yang Sama
A
A
A
BRUSSELS - NATO membuat sebuah pernyataan langka terkait konflik di Ukraina. Untuk pertama dalam beberapa bulan terakhir, NATO bertolak belakang dengan Uni Eropa (UE) dan juga Barat, dan lebih sejalan dengan Rusia.
Melansir Itar-tass, Jumat (30/1/2015), di saat Barat dan UE mendesak negara-negara anggota mereka untuk memasukan separatis pro-Rusia ke dalam daftar teroris, NATO justru menolaknya. Dalam sebuah pernyataan, Sekertaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, pihaknya tidak akan memasukan separatis ke dalam daftar kelompok teror.
"NATO tidak dapat memasukan kelompok yang menguasai Donetsk dan Luganks sebagai kelompok teroris," ucap Stoltenberg. Namun, dirinya tidak memberikan penjelasan mengapa NATO tidak maumemasukan separatis ke dalam daftar kelompok teror, seperti yang diminta oleh Ukraina dan juga UE.
Sama halnya dengan Rusia, Stoltenberg menyatakan, cara militer bukanlah solusi utama bisa menyelesaikan konflik di wilayah Ukraina. Dirinya mengutuk keras segala macam bentuk kekerasan, baik yang dilakukan oleh separatis ataupun Kiev di wilayah timur Ukraina.
Dirinya mendesak agar separatis dan pemerintah Ukraina kembali ke meja perundingan dan bersama-sama mencari cara untuk menyelsaikan konflik itu. "Semua pihak harus menahan diri dan menegakan isi perjanjian Minsk, serta bersama-sama mencari solusi untuk menyelesaikan konflik," Stoltenberg menambahkan.
Melansir Itar-tass, Jumat (30/1/2015), di saat Barat dan UE mendesak negara-negara anggota mereka untuk memasukan separatis pro-Rusia ke dalam daftar teroris, NATO justru menolaknya. Dalam sebuah pernyataan, Sekertaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, pihaknya tidak akan memasukan separatis ke dalam daftar kelompok teror.
"NATO tidak dapat memasukan kelompok yang menguasai Donetsk dan Luganks sebagai kelompok teroris," ucap Stoltenberg. Namun, dirinya tidak memberikan penjelasan mengapa NATO tidak maumemasukan separatis ke dalam daftar kelompok teror, seperti yang diminta oleh Ukraina dan juga UE.
Sama halnya dengan Rusia, Stoltenberg menyatakan, cara militer bukanlah solusi utama bisa menyelesaikan konflik di wilayah Ukraina. Dirinya mengutuk keras segala macam bentuk kekerasan, baik yang dilakukan oleh separatis ataupun Kiev di wilayah timur Ukraina.
Dirinya mendesak agar separatis dan pemerintah Ukraina kembali ke meja perundingan dan bersama-sama mencari cara untuk menyelsaikan konflik itu. "Semua pihak harus menahan diri dan menegakan isi perjanjian Minsk, serta bersama-sama mencari solusi untuk menyelesaikan konflik," Stoltenberg menambahkan.
(esn)