Charlie Hebdo, Keuntungan di Atas Tragedi Berdarah
A
A
A
MELBOURNE - Majalah satir Charlie Hebdo edisi terbaru dengan sampu kartun Nabi Muhammad untung besar di Australia.
Pengecer dan distributor majalah mengaku dibanjiri permintaan pelanggan yang menginginkan majalah pemicu kemarahan umat Muslim dunia itu.
Majalah satir di Prancis tersebut biasanya hanya memiliki oplah 60 ribu eksemplar. Tapi, dengan edisi “kartun Nabi Muhammad” majalah itu mencetak hingga 5 juta eksemplar. Majalah itu laris setelah kantor mereka jadi sasaran teror berdarah yang menewaskan 12 orang pada 7 Januari 2015 lalu.
Meski di Australia majalah itu untung besar dan dibanjiri permintaan, para distributor mengaku tidak nyaman. Mereka merasa meraup untuk di atas targedi berdarah.
”Saya akan merasa sangat tidak nyaman jika keuntungan dari suatu tragedi,” kata Vali Valibhoy, pemilik Mag Nation, sebuah distributor media di Melbourne, Jumat (16/1/2015). ”Dalam hal ini, saya merasa harga moralnya yang terlalu tinggi,” katanya lagi.
Dia membenarkan majalah satir Prancis itu ramai diburu pelanggan di Australia. ”Kami sudah dekat dengan beberapa ratus (pelanggaan) bertanya sekarang,” kata Vali Valibhoy, mengacu pada pelanggan yang meminta majalah dengan edisi kartun Nabi Muhammad itu.
”Kemarin anggota staf yang sudah lelah sepanjang hari mulai menjawab telepon dengan bunyi; ‘Halo, Mag Nation. Maaf, kami tidak membawa Charlie Hebdo’,” lanjut Valibhoy, seperti dikutip ABC.
Dia menyadari di Australia ada UU Diskriminasi Rasial, tapi apakah konten majalah satir Prancis itu dianggap rasial masih jadi perdebatan di Australia.
Valibhoy, yang seorang Muslim mengatakan, dia bingung karena tidak menemukan konten yang ofensif dalam sampul Charlie Hebdo.
”Saya ingin berpikir bahwa itulah yang akan dilakukan Nabi, menumpahkan air mata, yang terkejut pada perilaku ini,” katanya, mengacu pada serangan yang dilakukan Said dan Cherif Koachi di kantor majalah Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang.
Pengecer dan distributor majalah mengaku dibanjiri permintaan pelanggan yang menginginkan majalah pemicu kemarahan umat Muslim dunia itu.
Majalah satir di Prancis tersebut biasanya hanya memiliki oplah 60 ribu eksemplar. Tapi, dengan edisi “kartun Nabi Muhammad” majalah itu mencetak hingga 5 juta eksemplar. Majalah itu laris setelah kantor mereka jadi sasaran teror berdarah yang menewaskan 12 orang pada 7 Januari 2015 lalu.
Meski di Australia majalah itu untung besar dan dibanjiri permintaan, para distributor mengaku tidak nyaman. Mereka merasa meraup untuk di atas targedi berdarah.
”Saya akan merasa sangat tidak nyaman jika keuntungan dari suatu tragedi,” kata Vali Valibhoy, pemilik Mag Nation, sebuah distributor media di Melbourne, Jumat (16/1/2015). ”Dalam hal ini, saya merasa harga moralnya yang terlalu tinggi,” katanya lagi.
Dia membenarkan majalah satir Prancis itu ramai diburu pelanggan di Australia. ”Kami sudah dekat dengan beberapa ratus (pelanggaan) bertanya sekarang,” kata Vali Valibhoy, mengacu pada pelanggan yang meminta majalah dengan edisi kartun Nabi Muhammad itu.
”Kemarin anggota staf yang sudah lelah sepanjang hari mulai menjawab telepon dengan bunyi; ‘Halo, Mag Nation. Maaf, kami tidak membawa Charlie Hebdo’,” lanjut Valibhoy, seperti dikutip ABC.
Dia menyadari di Australia ada UU Diskriminasi Rasial, tapi apakah konten majalah satir Prancis itu dianggap rasial masih jadi perdebatan di Australia.
Valibhoy, yang seorang Muslim mengatakan, dia bingung karena tidak menemukan konten yang ofensif dalam sampul Charlie Hebdo.
”Saya ingin berpikir bahwa itulah yang akan dilakukan Nabi, menumpahkan air mata, yang terkejut pada perilaku ini,” katanya, mengacu pada serangan yang dilakukan Said dan Cherif Koachi di kantor majalah Charlie Hebdo yang menewaskan 12 orang.
(mas)