Bumerang bagi Para Pemimpin Dunia yang Pro-Charlie Hebdo
A
A
A
PARIS - Seorang mahasiswa London membongkar aib para pemimpin dunia yang ikut pawai pro-Charlie Hebdo di Paris. Dia membeberkan kebijakan tiran yang jadi bumerang bagi para pemimpin dunia yang dia anggap “sok” pro-jurnalis dan "sok" pembela kebebasan berpendapat.
Lebih dari 40 pemimpin dunia hadir dalam pawai diam mengutuk serangan terhadap kantor majalah satir, Charlie Hebdo dan teror lain di Paris. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang selama ini dikecam atas kebijakan yang menyengsarakan rakyat Palestina ikut hadir.
Melalui rangkaian tweet, mahasiswa London School of Economics, Daniel Wickham, merinci aib para pemimpin dunia itu terhadap para awak media.
“Perdana Menteri Israel, (Benjamin) Netanyahu, terpaksa membunuh 7 wartawan di Gaza setahun tahun terakhir (tertinggi kedua setelah Suriah),” tulis mahasiswa itu dengan akun Twitter @DanielWickham93.
Raja Yordania, tulis dia, tahun lalu menghukum jurnalis Palestina selama 15 tahun penjara. Perdana Menteri Turki, Davutoglu, memenjarakan sejumlah wartawan dari negara-negara lain di Turki.
Tweet-nya juga membidik Perdana Menteri Tunisia, Jomaa, yang ia menyatakan baru-baru ini memnejarkan blogger bernama Yassine Ayan selama tiga tahun atas tuduhan memfitnah tentara.
Perdana Menteri Georgia dan Bulgaria, tulis Wickham, memiliki catatan pernah menyerang jurnalis. Pejabat Amerika Serikat, juga menyerang wartawan Washington Post, dalam kerusuhan di Ferguson beberapa waktu lalu.
Pemimpin NATO, juga tidak luput dibongkar “aib”-nya atas tragedi di Serbia tahun 1999 di mana 16 jurnalis tewas dibom.
Ada 21 tweet tentang pelanggaran HAM dan kebijakan tirani para pemimpin dunia terhadap para jurnalis yang dia tulis. Bahkan, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang memenjarakan wartawan pada 2013 atas tuduhan menghina dia juga dia ungkap.
Kelompok Reporters Without Borders (RWB),juga mengutuk para pemimpin dunia yang membela majalah Charlie Hebdo dari serangan teror, karena mereka juga bermasalah dengan para jurnalis. Kelompok RWB bahkan menjuluki para pemimpin dunia itu sebagai “predator”.
“RWB marah dengan kehadiran para pejabat dari negara-negara yang membatasi kebebasan informasi,” kata Sekjen RWB, Christophe Deloire, dalam sebuah pernyataan.
”Ini tidak bisa diterima jika perwakilan negara-negara yang membungkam wartawan ambil keuntungan dalam pencurahan emosi sesaat untuk mencoba untuk meningkatkan citra internasional mereka, dan kemudian melanjutkan kebijakan represif mereka ketika pulang ke negaranya,” lanjut Deloire.
“Kita tidak harus membiarkan predator kebebasan pers meludah di makam Charlie Hebdo,” tegas dia, seperti dikutip news.com.au, Selasa (13/1/2015).
Lebih dari 40 pemimpin dunia hadir dalam pawai diam mengutuk serangan terhadap kantor majalah satir, Charlie Hebdo dan teror lain di Paris. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang selama ini dikecam atas kebijakan yang menyengsarakan rakyat Palestina ikut hadir.
Melalui rangkaian tweet, mahasiswa London School of Economics, Daniel Wickham, merinci aib para pemimpin dunia itu terhadap para awak media.
“Perdana Menteri Israel, (Benjamin) Netanyahu, terpaksa membunuh 7 wartawan di Gaza setahun tahun terakhir (tertinggi kedua setelah Suriah),” tulis mahasiswa itu dengan akun Twitter @DanielWickham93.
Raja Yordania, tulis dia, tahun lalu menghukum jurnalis Palestina selama 15 tahun penjara. Perdana Menteri Turki, Davutoglu, memenjarakan sejumlah wartawan dari negara-negara lain di Turki.
Tweet-nya juga membidik Perdana Menteri Tunisia, Jomaa, yang ia menyatakan baru-baru ini memnejarkan blogger bernama Yassine Ayan selama tiga tahun atas tuduhan memfitnah tentara.
Perdana Menteri Georgia dan Bulgaria, tulis Wickham, memiliki catatan pernah menyerang jurnalis. Pejabat Amerika Serikat, juga menyerang wartawan Washington Post, dalam kerusuhan di Ferguson beberapa waktu lalu.
Pemimpin NATO, juga tidak luput dibongkar “aib”-nya atas tragedi di Serbia tahun 1999 di mana 16 jurnalis tewas dibom.
Ada 21 tweet tentang pelanggaran HAM dan kebijakan tirani para pemimpin dunia terhadap para jurnalis yang dia tulis. Bahkan, Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang memenjarakan wartawan pada 2013 atas tuduhan menghina dia juga dia ungkap.
Kelompok Reporters Without Borders (RWB),juga mengutuk para pemimpin dunia yang membela majalah Charlie Hebdo dari serangan teror, karena mereka juga bermasalah dengan para jurnalis. Kelompok RWB bahkan menjuluki para pemimpin dunia itu sebagai “predator”.
“RWB marah dengan kehadiran para pejabat dari negara-negara yang membatasi kebebasan informasi,” kata Sekjen RWB, Christophe Deloire, dalam sebuah pernyataan.
”Ini tidak bisa diterima jika perwakilan negara-negara yang membungkam wartawan ambil keuntungan dalam pencurahan emosi sesaat untuk mencoba untuk meningkatkan citra internasional mereka, dan kemudian melanjutkan kebijakan represif mereka ketika pulang ke negaranya,” lanjut Deloire.
“Kita tidak harus membiarkan predator kebebasan pers meludah di makam Charlie Hebdo,” tegas dia, seperti dikutip news.com.au, Selasa (13/1/2015).
(mas)