Nikahi Pejuang Suku, Wanita Inggris Jadi Ratu di Amazon
A
A
A
QUETTA - Wanita asal Inggris, Sarah Begum, 21, dinobatkan sebagai ratu sebuah suku Amazon di pedalaman Ekuador. Dia menjalani “pernikahan” simbolik dengan pejuang suku itu.
Sarah adalah seorang pembuat film dokumenter. Dia berhenti bekerja di London untuk mempelajari kehidupan suku Huaroani, di wilayah hutan Amazon, di Ekuador. Suku yang memiliki 3 ribu anggota itu terancam kehidupannya oleh perusahaan minyak.
Wanita itu menghabiskan waktu dua minggu di sebuah kampung di pedalaman Amazon, dan dia disambut dengan tangan terbuka.
Dia semula waswas untuk berbaur dengan kelompok suku di Amzon, mengingat pada tahun 1950-an lima misionaris Amerika Serikat tewas ketika menyusup ke kelompok suku.
Setelah disambut ramah, dia menjalani “pernikahan” adat dengan pejuang suku yang bernama Ginkto, 51. Itu bukan penikahan sesungguhnya, namun hanya pernikahan simbolik, sebagai syarat dia bisa menjadi anggota suku itu. Hebatnya, Sarah justru dinobatkan sebagai ratu suku Huaroani.
Kendati demikian, Sarah merasa canggung ketika menjalani upacara pernikahan simbolik itu. Sebab, ritualnya mengharuskan dia bertelanjang.”Saya berpikir, saya tidak bisa telanjang, (terlebih) ini sedang difilmkan, dan terlintas dalam pikiran saya untuk lari,” kata Sarah, seperti dikutip Daily Mail, Senin (15/12/2014).
”Saya dipilih oleh para tetua dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya,” ujarnya. ”Saya dipanggil ke pondok dan semua orang di dalamnya telanjang. Saya diberitahu, bahwa mereka membuat pakaian tradisional untuk saya, yakni mirip seutas tali yang terbuat dari serat tanaman dan dikenakan di pinggang.”
“Salah satu wanita melepas pakaian saya, dan saya menyerah. Pemimpin suku membuat nyanyian dan perempuanya membuat minuman untuk diseduh,” lanjut Sarah.
Usai pakaian wanita itu dilucuti, dia diberi mahkota yang terbuat dari bulu.”Saya diberitahu, bahwa mereka akan menjadikan saya ratu,” imbuh dia.
Sarah adalah seorang pembuat film dokumenter. Dia berhenti bekerja di London untuk mempelajari kehidupan suku Huaroani, di wilayah hutan Amazon, di Ekuador. Suku yang memiliki 3 ribu anggota itu terancam kehidupannya oleh perusahaan minyak.
Wanita itu menghabiskan waktu dua minggu di sebuah kampung di pedalaman Amazon, dan dia disambut dengan tangan terbuka.
Dia semula waswas untuk berbaur dengan kelompok suku di Amzon, mengingat pada tahun 1950-an lima misionaris Amerika Serikat tewas ketika menyusup ke kelompok suku.
Setelah disambut ramah, dia menjalani “pernikahan” adat dengan pejuang suku yang bernama Ginkto, 51. Itu bukan penikahan sesungguhnya, namun hanya pernikahan simbolik, sebagai syarat dia bisa menjadi anggota suku itu. Hebatnya, Sarah justru dinobatkan sebagai ratu suku Huaroani.
Kendati demikian, Sarah merasa canggung ketika menjalani upacara pernikahan simbolik itu. Sebab, ritualnya mengharuskan dia bertelanjang.”Saya berpikir, saya tidak bisa telanjang, (terlebih) ini sedang difilmkan, dan terlintas dalam pikiran saya untuk lari,” kata Sarah, seperti dikutip Daily Mail, Senin (15/12/2014).
”Saya dipilih oleh para tetua dan saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya,” ujarnya. ”Saya dipanggil ke pondok dan semua orang di dalamnya telanjang. Saya diberitahu, bahwa mereka membuat pakaian tradisional untuk saya, yakni mirip seutas tali yang terbuat dari serat tanaman dan dikenakan di pinggang.”
“Salah satu wanita melepas pakaian saya, dan saya menyerah. Pemimpin suku membuat nyanyian dan perempuanya membuat minuman untuk diseduh,” lanjut Sarah.
Usai pakaian wanita itu dilucuti, dia diberi mahkota yang terbuat dari bulu.”Saya diberitahu, bahwa mereka akan menjadikan saya ratu,” imbuh dia.
(mas)