Polisi Kulit Putih tak Didakwa, Ferguson Rusuh
A
A
A
FERGUSON - Kerusuhan kembali pecah di Ferguson, Amerika Serikat. Massa marah setelah hakim pengadilan tidak mendakwa polisi kulit putih yang menembak mati remaja kulit hitam, Michael Brown.
Beberapa tembakan terdengar dan botol-botol beterbangan ketika massa pendukung Brown,18, turun ke jalan. Kasus penembakan Brown oleh perwira polisi kulit putih, Darren Wilson, pada Agustus 2014 lalu memicu sentimen rasial di AS.
Massa pada hari ini (25/11/2014) meluapkan kemarahan mereka di luar Departemen Kepolisian Ferguson, di pinggiran Kota St Louis. setelah hakim pengadilantidak mendakwa Wilson.
Peluit polisi nyaring terdengar ketika ratusan demonstran yang menutut keadilan atas kematian Brown mendekati aparat keamanan.”Jangan lari, jangan lari,” teriak para demonstran.
Polisi yang membentuk dinding perisai di luar kantor Departemen Kepolisian jadi sasaran pelemparan botol. ”Pembunuh, Anda bukan apa-apa kecuali pembunuh,” teriak massa. Ibunda Brown, juga ikut dalam aksi itu.
”Mereka harus merasakan sakitnya ibu ini, yang meratapi di pemakaman (putranya),” teriak Paulette Wilkes, 40, asisten guru yang berada di kerumunan massa di kantor kepolisian, seperti dikutip Reuters.
Kasus Ferguson ini juga membuat AS menjadi olok-olokan negara lain, terutama Iran dan Korea Utara. AS bahkan dijuluki sebagai kuburan HAM, karena menyuarakan pelanggaran HAM di berbagai negara, tapi di dalam negeri terjadi pelanggaran HAM, di mana remaja kulit hitam dibunuh polisi kulit putih.
Beberapa tembakan terdengar dan botol-botol beterbangan ketika massa pendukung Brown,18, turun ke jalan. Kasus penembakan Brown oleh perwira polisi kulit putih, Darren Wilson, pada Agustus 2014 lalu memicu sentimen rasial di AS.
Massa pada hari ini (25/11/2014) meluapkan kemarahan mereka di luar Departemen Kepolisian Ferguson, di pinggiran Kota St Louis. setelah hakim pengadilantidak mendakwa Wilson.
Peluit polisi nyaring terdengar ketika ratusan demonstran yang menutut keadilan atas kematian Brown mendekati aparat keamanan.”Jangan lari, jangan lari,” teriak para demonstran.
Polisi yang membentuk dinding perisai di luar kantor Departemen Kepolisian jadi sasaran pelemparan botol. ”Pembunuh, Anda bukan apa-apa kecuali pembunuh,” teriak massa. Ibunda Brown, juga ikut dalam aksi itu.
”Mereka harus merasakan sakitnya ibu ini, yang meratapi di pemakaman (putranya),” teriak Paulette Wilkes, 40, asisten guru yang berada di kerumunan massa di kantor kepolisian, seperti dikutip Reuters.
Kasus Ferguson ini juga membuat AS menjadi olok-olokan negara lain, terutama Iran dan Korea Utara. AS bahkan dijuluki sebagai kuburan HAM, karena menyuarakan pelanggaran HAM di berbagai negara, tapi di dalam negeri terjadi pelanggaran HAM, di mana remaja kulit hitam dibunuh polisi kulit putih.
(mas)