Erdogan Sebut Wanita tak Setara dengan Pria
A
A
A
ISTANBUL - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebut kaum wanita tidak bisa disetarakan dengan pria dalam hal pekerjaan. Menurutnya, keseteraan gender bertentangan dengan kodrat alam.
Komentar itu disampaikan Erdogan dalam sebuah acara yang membahas hak-hak perempuan. “Anda tidak bisa mendapatkan seorang wanita untuk bekerja di setiap pekerjaan yang dilakukan seorang pria, seperti yang mereka lakukan di rezim komunis di masa lalu,” katanya kepada peserta forum Asosiasi Perempuan dan Demokrasi Turki.
”Anda tidak dapat menempatkan kapak dan sekop di tangan mereka dan membuat mereka bekerja. Itu bukan jalan (bagi perempuan),” lanjut Erdogan.
Menurutnya, perempuan dan laki-laki harus diperlakukan sama di mata hukum, tapi peran atau pekerjaan harus dibedakan.
Para ekonom menyatakan, rendahnya jumlah perempuan dalam angkatan kerja menjadi hambatan bagi kemajuan Turki. Uni Eropa sebelumnya mendesak Turki untuk melakukan banyak hal guna meningkatkan keseteraan gender sebagai salah satu syarat agar negara itu bisa bergabung dengan Uni Eropa.
”Kita tahu wanita secara fisiologis tidak sama (dengan pria). Tapi kesetaraan adalah hak yang sama, status yang sama dan kesempatan yang sama,” kata Gonul Karahanoglu, Presiden Kelompok Hak-hak Perempuan Turki.
“Dia (Erdogan) mendefinisikan wanita hanya sebagai ibu. Hal ini diskriminasi terhadap semua wanita yang tidak memiliki anak. Dia selalu mengatakan hal yang sama,” kritik Karanhanoglu, seperti dikutip Reuters, Selasa (25/11/2014).
Komentar itu disampaikan Erdogan dalam sebuah acara yang membahas hak-hak perempuan. “Anda tidak bisa mendapatkan seorang wanita untuk bekerja di setiap pekerjaan yang dilakukan seorang pria, seperti yang mereka lakukan di rezim komunis di masa lalu,” katanya kepada peserta forum Asosiasi Perempuan dan Demokrasi Turki.
”Anda tidak dapat menempatkan kapak dan sekop di tangan mereka dan membuat mereka bekerja. Itu bukan jalan (bagi perempuan),” lanjut Erdogan.
Menurutnya, perempuan dan laki-laki harus diperlakukan sama di mata hukum, tapi peran atau pekerjaan harus dibedakan.
Para ekonom menyatakan, rendahnya jumlah perempuan dalam angkatan kerja menjadi hambatan bagi kemajuan Turki. Uni Eropa sebelumnya mendesak Turki untuk melakukan banyak hal guna meningkatkan keseteraan gender sebagai salah satu syarat agar negara itu bisa bergabung dengan Uni Eropa.
”Kita tahu wanita secara fisiologis tidak sama (dengan pria). Tapi kesetaraan adalah hak yang sama, status yang sama dan kesempatan yang sama,” kata Gonul Karahanoglu, Presiden Kelompok Hak-hak Perempuan Turki.
“Dia (Erdogan) mendefinisikan wanita hanya sebagai ibu. Hal ini diskriminasi terhadap semua wanita yang tidak memiliki anak. Dia selalu mengatakan hal yang sama,” kritik Karanhanoglu, seperti dikutip Reuters, Selasa (25/11/2014).
(mas)