NATO: Jet-jet Tempur Rusia Bahayakan Pesawat Sipil
A
A
A
BRUSSELS - Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan aksi pesawat-pesawat jet tempur yang menguji pertahanan udara Barat membahayakan penerbangan sipil.
Aksi pesawat-pesawat jet tempur Rusia yang dia maksud adalah manuver yang dilakukan di wilayah udara Eropa. Menurutnya, aksi militer Rusia itu tidak mengikuti prosedur keselamatan yang telah disepakati, yang dirancang untuk meminimalkan risiko tabrakan dengan pesawat lain.
NATO, kata Stoltenberg, untuk tahun ini saja telah mencegat lebih dari 100 pesawat militer Rusia. Sedangkan pada tahun 2013, ada 13 insiden serupa.
“Masalahnya adalah bahwa banyak dari para pilot Rusia tidak mengaktifkan transponder mereka, mereka tidak mengajukan rencana penerbangan mereka dan mereka tidak berkomunikasi dengan petugas pengontrol lalu lintas udara sipil,” kata Stoltenberg, seperti dikutip Independent, semalam.
”Ini menimbulkan risiko terhadap lalu lintas udara sipil dan karena ini merupakan masalah, terutama ketika aktivitas (militer) Rusia meningkat. Karena, militer Rusia memiliki banyak pesawat di udara,” lanjut dia.
Dia mencontohkan, pada bulan Maret 2014, pesawat Scandinavian Airlines dan pesawat pengintai Rusia berhadapan dalam jarak 90 meter dan nyaris bertabrakan.
Pemicunya, karena pesawat militer Rusia tidak menghubungi pengendali lalu lintas udara dan mereka tidak mengaktifkan transponder pesawatnya. Beruntung pilot Scandinavian Airlines beraksi cepat untuk menghindari bahaya itu.
Aksi pesawat-pesawat jet tempur Rusia yang dia maksud adalah manuver yang dilakukan di wilayah udara Eropa. Menurutnya, aksi militer Rusia itu tidak mengikuti prosedur keselamatan yang telah disepakati, yang dirancang untuk meminimalkan risiko tabrakan dengan pesawat lain.
NATO, kata Stoltenberg, untuk tahun ini saja telah mencegat lebih dari 100 pesawat militer Rusia. Sedangkan pada tahun 2013, ada 13 insiden serupa.
“Masalahnya adalah bahwa banyak dari para pilot Rusia tidak mengaktifkan transponder mereka, mereka tidak mengajukan rencana penerbangan mereka dan mereka tidak berkomunikasi dengan petugas pengontrol lalu lintas udara sipil,” kata Stoltenberg, seperti dikutip Independent, semalam.
”Ini menimbulkan risiko terhadap lalu lintas udara sipil dan karena ini merupakan masalah, terutama ketika aktivitas (militer) Rusia meningkat. Karena, militer Rusia memiliki banyak pesawat di udara,” lanjut dia.
Dia mencontohkan, pada bulan Maret 2014, pesawat Scandinavian Airlines dan pesawat pengintai Rusia berhadapan dalam jarak 90 meter dan nyaris bertabrakan.
Pemicunya, karena pesawat militer Rusia tidak menghubungi pengendali lalu lintas udara dan mereka tidak mengaktifkan transponder pesawatnya. Beruntung pilot Scandinavian Airlines beraksi cepat untuk menghindari bahaya itu.
(mas)