SBY: Lawan ISIS, Militer Tidak Bisa Bekerja Sendiri
A
A
A
NEW YORK - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dalam pidatonya di akademi militer Amerika Serikat West Point mengatakan, saat ini militer tidak bisa berperang sendiri untuk melawan terorisme.
“Militer kini dituntut untuk mempersiapkan diri mampu melakukan perang konvensional dan non-konvensional,” ucap SBY. “Militer kini harus menghadapi musuh yang memiliki ideologi dan keyakinan, militansi dan persepsi yang sama sekali berbeda dari mereka,” lanjutnya.
Seperti dikutip dari situs Sekertaris Kabinet (Setkab), SBY menyatakan Penyelesaian yang komprehensif, memerlukan kolaborasi antara solusi politik dengan solusi lainnya. Menurut SBY, saat ini dunia menghadapi sebuah realitas baru, realitas yang lebih kompleks dengan adanya keterkaitan antara politik, militer, psikologi dan emosi, dan juga ideologi dan geopolitik baru.
“Diperlulkan pendekatan multidisipliner, menggunakan soft power dan smart power dalam berbagai bentuk untuk mampu melawan ISIS,” SBY menambahkan. Menurut SBY, apabila ISIS telah dilumpuhkan secara militer, maka yang diperlukan adalah campur tangan banyak pihak untuk memastikan generasi penerus tidak mendengar cerita mengenai kekejaman mereka.
Peran politisi, diplomat, pemimpin agama dan masyarakat dibutuhkan untuk bisa menghilangkan ISIS dari dunia. Namun, SBY juga mengakui kekuatan militer memang masih menjadi pilihan utama untuk menanggulangi hal semacam ini.
“Dalam beberapa situasi, pemerintah tidak dapat selalu menggunakan penyelesaian secara damai untuk meyelesaikan sebuah konflik,” ungkap SBY.
“Militer kini dituntut untuk mempersiapkan diri mampu melakukan perang konvensional dan non-konvensional,” ucap SBY. “Militer kini harus menghadapi musuh yang memiliki ideologi dan keyakinan, militansi dan persepsi yang sama sekali berbeda dari mereka,” lanjutnya.
Seperti dikutip dari situs Sekertaris Kabinet (Setkab), SBY menyatakan Penyelesaian yang komprehensif, memerlukan kolaborasi antara solusi politik dengan solusi lainnya. Menurut SBY, saat ini dunia menghadapi sebuah realitas baru, realitas yang lebih kompleks dengan adanya keterkaitan antara politik, militer, psikologi dan emosi, dan juga ideologi dan geopolitik baru.
“Diperlulkan pendekatan multidisipliner, menggunakan soft power dan smart power dalam berbagai bentuk untuk mampu melawan ISIS,” SBY menambahkan. Menurut SBY, apabila ISIS telah dilumpuhkan secara militer, maka yang diperlukan adalah campur tangan banyak pihak untuk memastikan generasi penerus tidak mendengar cerita mengenai kekejaman mereka.
Peran politisi, diplomat, pemimpin agama dan masyarakat dibutuhkan untuk bisa menghilangkan ISIS dari dunia. Namun, SBY juga mengakui kekuatan militer memang masih menjadi pilihan utama untuk menanggulangi hal semacam ini.
“Dalam beberapa situasi, pemerintah tidak dapat selalu menggunakan penyelesaian secara damai untuk meyelesaikan sebuah konflik,” ungkap SBY.
(esn)