Tidak Semua Tentara Israel Setuju Agresi ke Gaza
A
A
A
TEL AVIV - Beberapa mantan tentara Israel yang pernah ikut melakukan agresi di Gaza, baik di tahun 2009 ataupun 2012, mengaku tidak semua tentara Israel bersedia melakukan penyerangan terhadap Gaza. Mereka mengaku terpaksa melakukan operasi militer di wilayah Gaza.
Melansir Channel News Asia, Senin (4/8/2014), Hanna Schimdt, salah seorang mantan tentara Israel menyatakan, dirinya hampir gila membayangkan apa yang telah dia lakukan terhadap warga Gaza. Dia mengaku terpaksa melakukan operasi di Gaza, sebagai bentuk pelayanan terhadap negara.
“Saya adalah seorang imigran baru di Israel, dan sebagai imigran saya wajib untuk melakukan pelayanan terhadap negara dengan masuk militer. Anda tidak bisa menolak, karena itu sudah merupakan hal yang diwajibkan,” ungkap Schimdt.
Salah seorang mantan tentara lainnya, Yehuda Shaul, mengaku telah mendapat curahan hati dari teman-temannya di militer. Shaul menyatakan, banyak dari tentara tidak mengetahui mengapa negara memerintahkan militer untuk menggunakan kekuatan yang begitu besar untuk menyerang Gaza.
Shaul sendiri merupakan pendiri 'Breaking the Silence', sebuah organisasi hak asasi manusia Israel yang mengumpulkan kesaksian dari mantan tentara Israel yang pernah ikut operasi di Gaza. Kesaksian tentara itu kemudian akan dirinci dan dijadikan sebuah laporan.
Sebagai dari akibat yang dilakukan Shaul dan Scimdt beserta beberapa mantan tentara lainnya yang bertindak sebagai oposisi di pihak militer, mereka dicap sebagai pengkhianat negara.
Melansir Channel News Asia, Senin (4/8/2014), Hanna Schimdt, salah seorang mantan tentara Israel menyatakan, dirinya hampir gila membayangkan apa yang telah dia lakukan terhadap warga Gaza. Dia mengaku terpaksa melakukan operasi di Gaza, sebagai bentuk pelayanan terhadap negara.
“Saya adalah seorang imigran baru di Israel, dan sebagai imigran saya wajib untuk melakukan pelayanan terhadap negara dengan masuk militer. Anda tidak bisa menolak, karena itu sudah merupakan hal yang diwajibkan,” ungkap Schimdt.
Salah seorang mantan tentara lainnya, Yehuda Shaul, mengaku telah mendapat curahan hati dari teman-temannya di militer. Shaul menyatakan, banyak dari tentara tidak mengetahui mengapa negara memerintahkan militer untuk menggunakan kekuatan yang begitu besar untuk menyerang Gaza.
Shaul sendiri merupakan pendiri 'Breaking the Silence', sebuah organisasi hak asasi manusia Israel yang mengumpulkan kesaksian dari mantan tentara Israel yang pernah ikut operasi di Gaza. Kesaksian tentara itu kemudian akan dirinci dan dijadikan sebuah laporan.
Sebagai dari akibat yang dilakukan Shaul dan Scimdt beserta beberapa mantan tentara lainnya yang bertindak sebagai oposisi di pihak militer, mereka dicap sebagai pengkhianat negara.
(esn)