Mantan PSK Elite Australia Ini Pernah Tiduri 10.091 Pria
A
A
A
MELBOURNE - Gwyneth Montenegro, nama wanita ini. Dia menulis sebuah buku tentang kisah nyata hidupnya di “dunia hitam”.
Usianya kini sudah 36 tahun, dan menjalani hidup sebagai pebisnis di Melbourne. Dia sudah bertobat sejak tiga tahun lalu dari kehidupan liar yang penuh narkoba, alkohol dan seks bebas.
Dalam bukunya, Montenegro blak-blakan pernah tidur dengan 10.091 orang. Dia juga terbiasa mengkonsumsi kokain selama menjalani hidup sebagai pekerja seks komersial (PSK) kelas elite. Sudah puluhan ribu dolar AS diperoleh. Di antaranya sudah berwujud mobil baru dan aneka kekayaan lainnya.
Dia mengaku terjun ke “dunia hitam” meski dibesarkan oleh keluarga Kristen yang taat. Di puncak karirnya, Montenegro pernah dibayar USD500 atau sekitar Rp6 juta sampai USD1.000 atau sekitar Rp11 juta per jam, sebagai teman tidur pria kelas elite.
Seluruh wilayah Australia sudah dia jelajahi dalam menjalani pekerjaan “kotor”-nya itu. Buku yang dia tulis berjudul “10.000 Men and Counting”. Di buku itulah, dia berkisah pada usia 18 tahun sudah diperkosa beramai-ramai. Kemudian di usia 19 tahun dia menjadi penari erotis di atas meja dan mulai menjadi PSK kelas elite pada usia 21 tahun.
Setelah bertobat, dia sadar harus ingin menyelamatkan dirinya. ”Saya melihat sebuah iklan untuk menjadi penari di atas meja ketika saya masih berusia sekitar 19 tahun,” kata Montenegro.
“Saya sangat naïf, rasanya itu saya seperti jatuh dari bus. Saya bisa mabuk dan saya meraih uang USD1.000 tunai pada malam pertama,” ujarnya, Senin (30/6/2014), seperti dikutip Daily Mail.
”Saya pikir itu luar biasa dan saya pikir, saya harus cukup baik dalam hal itu,” lanjut dia. Menurutnya, keluarganya tidak mengetahui profesi “kotor”-nya itu. Setiap kali ditanya orangtuanya tentang uang yang dia peroleh, Montenagro mengaku berprofesi sebagai model.
Namun, dia tidak bisa menutupi kebohongan itu lagi setelah dia mengalami kecelakaan. Ketika terbaring di rumah sakit, dia mengaku kepada orangtuanya bahwa dia selama ini bekerja sebagai PSK elite.
Setelah bertobat dan menjalani bisnis di bidang industry, Montenagro merasa lebih nyaman. ”Ini benar-benar mengembalikan kepercayaan diri saya,” katanya. Selama terjun menjadi PSK elite dia selalu menggunakan nama samaran, dengan tujuan agar ibunya yang berusia 77 tahun tidak malu.
Usianya kini sudah 36 tahun, dan menjalani hidup sebagai pebisnis di Melbourne. Dia sudah bertobat sejak tiga tahun lalu dari kehidupan liar yang penuh narkoba, alkohol dan seks bebas.
Dalam bukunya, Montenegro blak-blakan pernah tidur dengan 10.091 orang. Dia juga terbiasa mengkonsumsi kokain selama menjalani hidup sebagai pekerja seks komersial (PSK) kelas elite. Sudah puluhan ribu dolar AS diperoleh. Di antaranya sudah berwujud mobil baru dan aneka kekayaan lainnya.
Dia mengaku terjun ke “dunia hitam” meski dibesarkan oleh keluarga Kristen yang taat. Di puncak karirnya, Montenegro pernah dibayar USD500 atau sekitar Rp6 juta sampai USD1.000 atau sekitar Rp11 juta per jam, sebagai teman tidur pria kelas elite.
Seluruh wilayah Australia sudah dia jelajahi dalam menjalani pekerjaan “kotor”-nya itu. Buku yang dia tulis berjudul “10.000 Men and Counting”. Di buku itulah, dia berkisah pada usia 18 tahun sudah diperkosa beramai-ramai. Kemudian di usia 19 tahun dia menjadi penari erotis di atas meja dan mulai menjadi PSK kelas elite pada usia 21 tahun.
Setelah bertobat, dia sadar harus ingin menyelamatkan dirinya. ”Saya melihat sebuah iklan untuk menjadi penari di atas meja ketika saya masih berusia sekitar 19 tahun,” kata Montenegro.
“Saya sangat naïf, rasanya itu saya seperti jatuh dari bus. Saya bisa mabuk dan saya meraih uang USD1.000 tunai pada malam pertama,” ujarnya, Senin (30/6/2014), seperti dikutip Daily Mail.
”Saya pikir itu luar biasa dan saya pikir, saya harus cukup baik dalam hal itu,” lanjut dia. Menurutnya, keluarganya tidak mengetahui profesi “kotor”-nya itu. Setiap kali ditanya orangtuanya tentang uang yang dia peroleh, Montenagro mengaku berprofesi sebagai model.
Namun, dia tidak bisa menutupi kebohongan itu lagi setelah dia mengalami kecelakaan. Ketika terbaring di rumah sakit, dia mengaku kepada orangtuanya bahwa dia selama ini bekerja sebagai PSK elite.
Setelah bertobat dan menjalani bisnis di bidang industry, Montenagro merasa lebih nyaman. ”Ini benar-benar mengembalikan kepercayaan diri saya,” katanya. Selama terjun menjadi PSK elite dia selalu menggunakan nama samaran, dengan tujuan agar ibunya yang berusia 77 tahun tidak malu.
(mas)