Dubes Ukraina: Pembersihan Etnis Terjadi di Crimea
A
A
A
KIEV - Duta Besar (Dubes) Ukraina untuk PBB, Yuriy Sergeyey, mengatakan, “cleansings etnis” atau pembersihan etnis sedang berlangsung di Crimea, setelah wilayah itu dicaplok Rusia dari Ukraina Maret 2014.
”Kami tidak pernah mengalami hal ini,pembersihan etnis di Ukraina, sampai pendudukan terjadi di Crimea. Jadi sekarang kita memiliki (catatan sejarah) pembersIhan etnis etnis Muslim, dan Kristen,” ucap Sergeyev.
”Hari ini, di pagi hari, pasukan pendudukan Rusia merebut madrasah (seminari Islam), dan membuang warga Muslim dari rumah mereka, dari sekolah mereka. Kita tidak pernah (melakukan seperti itu). Kami hidup dalam damai,” lanjut dia, seperti dikutip Al Arabiya, Sabtu (28/6/2014).
Ditanya, apakah operasi militer Kiev terhadap warga yang mayoritas berbahasa Rusia sebagai pembersihan etnis seperti yang diklaim duta Rusia untuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), Andrei Kelin, dia menepisnya.
Menurutnya, justru Ukraina dengan presiden baru, Petro Poroshenko sedang menjalankan rencana perdamaian dalam 15 poin. Rencana itu, katanya, sudah mulai berjalan.
“Dialog dengan pemerintah daerah dan perwakilan pemberontak setelah gencatan senjata memberikan beberapa harapan bahwa kita dapat melanjutkannya dengan rekonsiliasi,” imbuh dia.
Ukraina, kemarin telah mencetak sejarah dengan pertama kalinya menandatangani kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa. Hal itu juga dilakukanan dua negara bekas Uni Soviet lainnya, yakni Moldova dan Georgia.
Rusia geram dengan tindakan Ukraina itu, dan menyatakan akan ada konsekuensi serius yang akan diberikan oleh Rusia setelah ada kesepakatan itu. (Baca: Ukraina dan Dua Eks-Soviet Merapat ke Uni Eropa, Rusia Geram)
”Kami tidak pernah mengalami hal ini,pembersihan etnis di Ukraina, sampai pendudukan terjadi di Crimea. Jadi sekarang kita memiliki (catatan sejarah) pembersIhan etnis etnis Muslim, dan Kristen,” ucap Sergeyev.
”Hari ini, di pagi hari, pasukan pendudukan Rusia merebut madrasah (seminari Islam), dan membuang warga Muslim dari rumah mereka, dari sekolah mereka. Kita tidak pernah (melakukan seperti itu). Kami hidup dalam damai,” lanjut dia, seperti dikutip Al Arabiya, Sabtu (28/6/2014).
Ditanya, apakah operasi militer Kiev terhadap warga yang mayoritas berbahasa Rusia sebagai pembersihan etnis seperti yang diklaim duta Rusia untuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), Andrei Kelin, dia menepisnya.
Menurutnya, justru Ukraina dengan presiden baru, Petro Poroshenko sedang menjalankan rencana perdamaian dalam 15 poin. Rencana itu, katanya, sudah mulai berjalan.
“Dialog dengan pemerintah daerah dan perwakilan pemberontak setelah gencatan senjata memberikan beberapa harapan bahwa kita dapat melanjutkannya dengan rekonsiliasi,” imbuh dia.
Ukraina, kemarin telah mencetak sejarah dengan pertama kalinya menandatangani kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa. Hal itu juga dilakukanan dua negara bekas Uni Soviet lainnya, yakni Moldova dan Georgia.
Rusia geram dengan tindakan Ukraina itu, dan menyatakan akan ada konsekuensi serius yang akan diberikan oleh Rusia setelah ada kesepakatan itu. (Baca: Ukraina dan Dua Eks-Soviet Merapat ke Uni Eropa, Rusia Geram)
(mas)