Putri Jerman Mabuk, Lucuti Pakaian dan Hujat Islam
A
A
A
BERLIN - Putri kerajaan atau kekaisaran Jerman menjadi sorotan utama media-media di Eropa. Musababnya, Putri Theodora Sayn Wittgenstein, 27, mabuk, menanggalkan pakain dan berkoar-koar akan membunuh para warga Muslim.
Insiden itu terjadi dalam sebuah pesta baru-baru ini di Skotlandia. Putri Theodora akhirnya didenda sekitar USD1.700 atau sekitar Rp20 juta. Dia dikenai tuduhan menganggu ketenangan dan melakukan penghujatan agama. Selain itu, dia juga dikenai tuduhan penyerangan.
Kisahnya, seperti dikutip Sky News, Jumat (27/6/2014), sang putri menghadiri sebuah pesta Oktoberfest di perguruan tinggi bergengsi St Andrews, di Skotlandia. Di kampus itu, dia pernah menjadi mahasiswi.
Dalam kondisi mabuk, ia mencoba memanjat pagar dan mulai melepas pakaiannya. Staf acara pesta berhasil membawanya ke tenda pertolongan pertama. Namun, dia menghujat kepada salah seorang pekerja bernama Farah Hussein.” Yang saya lakukan (dengan) kuku saya pagi ini, dan saya tanya berapa banyak umat Islam yang bisa saya bunuh,” teriak dia.
Putri Theodora dengan kata-kata kasar kemudian menyerang pekerja medis lain dan seorang penjaga keamanan. Salah satu dari mereka nyaris ditendang pantatnya.
Ketika polisi tiba, pihak Kerajaan Jerman bertindak cepat dengan mengekang kakinya untuk dinaikkan mobil dan dibawa ke kantor polisi setempat.
Selama sidang, Jaksa Trina Sinclair mengatakan kepada pengadilan, bahwa Farah Hussein berusaha membantu mengenakan kembali pakaian putri yang dalam kondisi telanjang. Namun, yang dia terima adalah hujatan anti-Islam. Farah Hussein juga didorong hingga menangis.
”Terdakwa berdiri di atas kursi dan mulai berteriak-teriak tentang hak asasi manusia,” kata Sinclair. Saat disidang, sang putri berusaha menghindari kamera dengan berlindung di tubuh ayahnya, Pangeran Ludwig.
Pengacara Putri Theodora, Douglas Williams, mengatakan kliennya mengalami kondisi tiroid yang mungkin telah berkontribusi terhadap perilaku tak menentu.”Dia telah membuat malu pada dirinya sendiri dan keluarganya,” katanya
”Perilakunya benar-benar keluar dari karakternya. Dia memiliki gelar, dan menjalin hubungan baik di kancah internasional. Dia telah tinggal di Yordania, dan membenamkan diri dalam budaya Timur Tengah,” imbuh Williams yang menggambarkan sisi lain kliennya.
Insiden itu terjadi dalam sebuah pesta baru-baru ini di Skotlandia. Putri Theodora akhirnya didenda sekitar USD1.700 atau sekitar Rp20 juta. Dia dikenai tuduhan menganggu ketenangan dan melakukan penghujatan agama. Selain itu, dia juga dikenai tuduhan penyerangan.
Kisahnya, seperti dikutip Sky News, Jumat (27/6/2014), sang putri menghadiri sebuah pesta Oktoberfest di perguruan tinggi bergengsi St Andrews, di Skotlandia. Di kampus itu, dia pernah menjadi mahasiswi.
Dalam kondisi mabuk, ia mencoba memanjat pagar dan mulai melepas pakaiannya. Staf acara pesta berhasil membawanya ke tenda pertolongan pertama. Namun, dia menghujat kepada salah seorang pekerja bernama Farah Hussein.” Yang saya lakukan (dengan) kuku saya pagi ini, dan saya tanya berapa banyak umat Islam yang bisa saya bunuh,” teriak dia.
Putri Theodora dengan kata-kata kasar kemudian menyerang pekerja medis lain dan seorang penjaga keamanan. Salah satu dari mereka nyaris ditendang pantatnya.
Ketika polisi tiba, pihak Kerajaan Jerman bertindak cepat dengan mengekang kakinya untuk dinaikkan mobil dan dibawa ke kantor polisi setempat.
Selama sidang, Jaksa Trina Sinclair mengatakan kepada pengadilan, bahwa Farah Hussein berusaha membantu mengenakan kembali pakaian putri yang dalam kondisi telanjang. Namun, yang dia terima adalah hujatan anti-Islam. Farah Hussein juga didorong hingga menangis.
”Terdakwa berdiri di atas kursi dan mulai berteriak-teriak tentang hak asasi manusia,” kata Sinclair. Saat disidang, sang putri berusaha menghindari kamera dengan berlindung di tubuh ayahnya, Pangeran Ludwig.
Pengacara Putri Theodora, Douglas Williams, mengatakan kliennya mengalami kondisi tiroid yang mungkin telah berkontribusi terhadap perilaku tak menentu.”Dia telah membuat malu pada dirinya sendiri dan keluarganya,” katanya
”Perilakunya benar-benar keluar dari karakternya. Dia memiliki gelar, dan menjalin hubungan baik di kancah internasional. Dia telah tinggal di Yordania, dan membenamkan diri dalam budaya Timur Tengah,” imbuh Williams yang menggambarkan sisi lain kliennya.
(mas)