Berlian Rp20 T, Alat Rayuan Maut Si Kanibal Eks Presiden Liberia

Kamis, 19 Juni 2014 - 14:02 WIB
Berlian Rp20 T, Alat...
Berlian Rp20 T, Alat Rayuan Maut Si Kanibal Eks Presiden Liberia
A A A
LONDON - Sosok mantan Presiden Liberia, Charles Taylor yang dihukum 50 tahun penjara atas kejahatan perang dan pembantaian massal, tidak hanya soal aksi kanibalnya.

Taylor juga dikenal jago merayu aktris top dengan memberikan sebagian berlian mahal yang harganya hingga £1 miliar atau sekitar Rp20 triliun. (Baca: Si Kanibal Eks Presiden Liberia, Makan Hati Musuh-musuhnya....)

Aktris Naomi Campbell dan Mia Farrow, pernah memberikan kesaksian, bahwa mereka diberi sekantong berlian oleh Taylor setelah jamuan makan malam yang digelar Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela tahun 1997.

Berlian milik Taylor yang supermahal itu, diduga diperoleh dari para pemberontak di Sierra Leone yang dia persenjatai.Campbell dalam kesaksian di pengadilan kriminal internasional di Den Haag tahun 2010,mengaku dirayu Taylor dengan sekantong berlian.

Kisah rayuan maut Taylor, berlangsung usai jamuan makan malam yang digelar Mandela tahun 1997. Kala itu, saat Champbell tertidur, pintu kamarnya diketuk para wanita suruhan Taylor. Dua atau tiga wanita itu menyerahkan lima hingga enam berlian kepada Champbell.

Pada saat itu, Taylor adalah presiden seumur hidup Liberia (sebuah negara kecil di Afrika Barat). Gaya hidupnya yang mewah kala itu juga ditampilkan dengan menggelar pesta di mana para tamunya dari seluruh dunia datang dengan pesawat jet pribadi.

Flamboyan dan Kanibal

Namun, di balik gaya flamboyan dan hedonis, Taylor dalam sidang pengadilan di Den Haag, terungkap jika dia terlibat dalam mempersenjatai para pemberontak untuk melakukan pembantaian massal di Sierra Leone.

”Dibantu oleh putranya kelahiran Amerika, 'Chuckie', ia mengatur kematian sedikitnya 250 ribu orang, banyak dari mereka disiksa dan diperkosa. Lainnya yang dimasak dan dimakan oleh pasukannya,” tulis Daily Mail, Kamis (19/6/2014) mengacu pada tuduhan aksi kanibalnya. Media Inggris itu juga menulis, jika Taylor juga memakan hati para musuh perangnya.

Taylor yang kini dihukum penjara 50 tahun di Inggris, mengeluh, dan menganggap hukuman itu tidak adil, karena tidak dilakukan di negaranya, atau setidaknya di benua Afrika.”Posisi di mana saya, adalah saya (seharusnya) menjalani hukuman di Rwanda, di benua Afrika, rumah saya,” katanya.

Hal itu, terkait akses keluarganya yang terlalu jauh terbang dari Afrika ke Inggris jika ingin menjenguknya. Namun, dia telah berpesan kepada istri dan 15 anaknya agar tidak terbang ke Inggris untuk menjenguknya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9867 seconds (0.1#10.140)