Didepak Rusia dari proyek ruang angkasa, AS ketakutan

Jum'at, 16 Mei 2014 - 18:24 WIB
Didepak Rusia dari proyek ruang angkasa, AS ketakutan
Didepak Rusia dari proyek ruang angkasa, AS ketakutan
A A A
Sindonews.com – Otoritas Proyek Keamanan Amerika Serikat (ASP) di Washington takut dengan kondisi keamanan AS, setelah Rusia memutuskan untuk mengakhiri kerjasama proyek stasiun ruang angkasa (ISS). ASP merasa infrastruktur ruang angkasa sangat dibutuhkan untuk menjamin keamanan AS.

Kecemasan itu disampaikan ASP, Jumat (16/5/2014). ”Kemampuan cepat yang telah kami mulai diputus oleh aturan kontrak yang sekarang dan (AS) ketergantungan pada teknologi Rusia. Aset kami di ruang (angkasa) berisiko dari serangan. Untuk mengamankan aspek militer negara kita, infrastruktur ruang (angkasa) sangat diandalkan dan diperlukan,” kata pihak ASP.

Wakil pihak ASP, Paul Hillman, optimis ada prospek untuk menengahi kesenjangan AS dalam mengakes proyek ruang angkasa.”AS sudah bisa menggunakan kemampuannya sekarang. NASA sudah menggunakan perusahaan swasta. Namun pemerintah AS perlu untuk mempercepat persaingan antara perusahaan-perusahaan AS untuk memastikan bahwa kita mampu mengakses hal yang strategis dari proyek ruang angkasa,” katanya kepada RIA Novosti .

Menanggapi kekhawatiran ancaman serangan terhadap AS dalam proyek ruang angkasa, Hilman berpendapat, bahwa AS perlu mengamankan aset-aset ruang angkasanya saat ini.”Kita perlu memiliki kemampuan yang cepat dan strategis untuk cepat memulainya,” ujarnya.

Seperti diketahui, pada tanggal 13 Mei 2014, Wakil Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin mengumumkan rencana untuk mengakhiri kerja sama antara Rusia dan AS dalam proyek stasiun ruang angkasa internasional (ISS) setelah 2020. (Baca: Dendam, Moscow hentikan operasi satelit AS di Rusia)

Selain itu, Moskow juga mengumumkan niatnya untuk menghentikan ekspor mesin roket RD - 180 ke AS. Kebijakan itu sebagai balasan atas sanksi AS yang dijatuhkan terhadap para pejabat Rusia, setelah Moskow dianggap melakukan intervensi dalam krisis Ukraina.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4163 seconds (0.1#10.140)