Pasukan Kiev diultimatum 24 jam hengkang dari Donetsk
A
A
A
Sindonews.com - Pasukan pertahanan diri atau milisi Donetsk, Ukraina timur menetapkan ultimatum bagi militer Kiev, Ukraina, untuk menarik pasukannya dari wilayah Donetsk dalam tempo 24 jam. Jika ultimatum diabaikan, mereka akan memaksa pasukan Kiev untuk hengkang.
Ultimatum itu disampaikan sejak kemarin sore oleh milisi pro-otonomi wilayah Donetsk. ”Jika kendaraan lapis baja tidak ditarik kembali, hambatan dari apa yang disebut otoritas yang sah tidak akan hilang," katawakil komandan milisi pro - otonomi setempat, Sergey Zdrilyuk kepadaRIA Novosti, yang dilansir Kamis (15/5/2014).
"Saya memiliki daya yang cukup untuk menghancurkan dan membakar segala sesuatu. Kelompok siap melakukan sabotase dan bergerak,” lanjut dia.”Saya memberikan (waktu) 24 jam bagi mereka untuk menarik semua pasukan, semua kekuatan.”
Ultimatum itu menyusul referendum di Donetsk dan Luhansk, di mana rakyat di dua wilayah itu mayoritas memilih merdeka atau lepas dari Ukraina.
Tak hanya itu, Kepala Komisi Republik Rakyat Donestk, Roman Lyagin, bahkan sudah memproklamirkan diri. Setelah referendum, Republik Rakyat Donetsk menyatakan dirinya sebagai negara berdaulat. Mereka juga ingin bergabung dengan Rusia, namun Presiden Vladimir Putin belum mengambil keputusan.
Ultimatum itu disampaikan sejak kemarin sore oleh milisi pro-otonomi wilayah Donetsk. ”Jika kendaraan lapis baja tidak ditarik kembali, hambatan dari apa yang disebut otoritas yang sah tidak akan hilang," katawakil komandan milisi pro - otonomi setempat, Sergey Zdrilyuk kepadaRIA Novosti, yang dilansir Kamis (15/5/2014).
"Saya memiliki daya yang cukup untuk menghancurkan dan membakar segala sesuatu. Kelompok siap melakukan sabotase dan bergerak,” lanjut dia.”Saya memberikan (waktu) 24 jam bagi mereka untuk menarik semua pasukan, semua kekuatan.”
Ultimatum itu menyusul referendum di Donetsk dan Luhansk, di mana rakyat di dua wilayah itu mayoritas memilih merdeka atau lepas dari Ukraina.
Tak hanya itu, Kepala Komisi Republik Rakyat Donestk, Roman Lyagin, bahkan sudah memproklamirkan diri. Setelah referendum, Republik Rakyat Donetsk menyatakan dirinya sebagai negara berdaulat. Mereka juga ingin bergabung dengan Rusia, namun Presiden Vladimir Putin belum mengambil keputusan.
(mas)