Polisi New York mata-matai warga Muslim tiap hari
A
A
A
Sindonews.com –Kepolisian New York ternyata memata-matai aktivitas warga Muslim di wilayah Amerika Serikat itu setiap hari, sebelum akhirnya kegiatan itu dilarang oleh keputusan pengadilan setempat.
Aksi memata-matai warga Muslim di New York tersebut meliputi, menguping percakapan, memantau tontonan, hingga aksi penyusupan polisi di masjid dan kelompok-kelompok mahasiswa. Kelompok hak asasi manusia menyebut, tindakan polisi itu tidak adil, karena manargetkan warga atas dasar agama yang mereka anut.
Kelompok kebebasan sipil pada Rabu (16/4/2014) menyambut pembubaran kelompok spionase polisi itu. Walikota New York, Bill de Blasio, mengatakan pembubaran akan memungkinkan polisi memiliki lebih banyak kesempatan untuk menargetkan orang-orang yang benar-benar diyakini bermasalah.
Program spionase ilegal itu diungkap Associated Pressdalam sebuah artikel yang menyebut adanya petugas polisi yang menyusup ke organisasi Muslim setelah serangan teroris di WTC pada 11 September 2001.
Pembubaran spionase ilegal itu resmi dilakukan oleh hakim federal, yang menerima gugatan warga Muslim di New Jersey. Warga tersebut keberatan selalu diintai polisi secara ilegal hanya karena alasan agama.
Laman New York Times mengutip Stephen Davis, juru bicara Kepala Departemen Kepolisian New York, mengatakan, setelah aksi spionase dibubarkan polisi akan mengubah taktik.
”Memahami demografi lokal tertentu dapat menjadi faktor yang berguna ketika menilai informasi ancaman yang datang ke New York City yang hampir setiap hari,” katanya.
”Di masa depan, kami akan mengumpulkan informasi bahwa, jika perlu , melalui kontak langsung antara polisi daerah sekitar dan perwakilan dari masyarakat yang mereka layani,” lanjut dia.
Aksi spionase terhadap warga Muslim New York itu sejatinya sudah terungkap lama. Bahkan, Walikota New York yang lama, Michael Bloomberg, terang-terangan mendukung aksi itu dengan daluh sebagai upaya mencegah tindakan terorisme.
Aksi memata-matai warga Muslim di New York tersebut meliputi, menguping percakapan, memantau tontonan, hingga aksi penyusupan polisi di masjid dan kelompok-kelompok mahasiswa. Kelompok hak asasi manusia menyebut, tindakan polisi itu tidak adil, karena manargetkan warga atas dasar agama yang mereka anut.
Kelompok kebebasan sipil pada Rabu (16/4/2014) menyambut pembubaran kelompok spionase polisi itu. Walikota New York, Bill de Blasio, mengatakan pembubaran akan memungkinkan polisi memiliki lebih banyak kesempatan untuk menargetkan orang-orang yang benar-benar diyakini bermasalah.
Program spionase ilegal itu diungkap Associated Pressdalam sebuah artikel yang menyebut adanya petugas polisi yang menyusup ke organisasi Muslim setelah serangan teroris di WTC pada 11 September 2001.
Pembubaran spionase ilegal itu resmi dilakukan oleh hakim federal, yang menerima gugatan warga Muslim di New Jersey. Warga tersebut keberatan selalu diintai polisi secara ilegal hanya karena alasan agama.
Laman New York Times mengutip Stephen Davis, juru bicara Kepala Departemen Kepolisian New York, mengatakan, setelah aksi spionase dibubarkan polisi akan mengubah taktik.
”Memahami demografi lokal tertentu dapat menjadi faktor yang berguna ketika menilai informasi ancaman yang datang ke New York City yang hampir setiap hari,” katanya.
”Di masa depan, kami akan mengumpulkan informasi bahwa, jika perlu , melalui kontak langsung antara polisi daerah sekitar dan perwakilan dari masyarakat yang mereka layani,” lanjut dia.
Aksi spionase terhadap warga Muslim New York itu sejatinya sudah terungkap lama. Bahkan, Walikota New York yang lama, Michael Bloomberg, terang-terangan mendukung aksi itu dengan daluh sebagai upaya mencegah tindakan terorisme.
(mas)