Kapal perang AS dekati Ukraina, bangkitkan kemarahan Rusia
A
A
A
Sindonews.com – Kapal penghancur USS Donald Cook, milik militer Amerika Serikat (AS) telah menyeberangi Bosphours dan memasuki Laut Hitam untuk mendekat ke wilayah Ukraina.
Kedatangan kapal yang dilengkapi sistem pertahanan rudal Aegis itu membangkitkan kemarahan Rusia yang tengah bersitegang dengan Ukraina.
Departemen Pertahanan AS mengatakan, misi kapal perang itu untuk meyakinkan sekutu NATO dan sekutu AS di kawasan Laut Hitam untuk memantau situasi di Ukraina. ”Ini menunjukkan komitmen kami terhadap sekutu kami guna meningkatkan keamanan dan kesiagaan,” kata juru bicara departemen itu, Kolonel Steven Warren dalam sebuah pernyataan, semalam (10/4/2014) seperti dikutip Rusia Today.
Namun sumber-sumber di militer Rusia meyakini, langkah kapal perang AS itu merupakan bagian dari misi sistematis NATO untuk mengobarkan perang laut.
”Apa yang kita lihat adalah bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, NATO menciptakan kelompok pertempuran laut di luar perbatasan Rusia, " kata sumber itu, seperti dikutip kantor berita Interfax.
Pernyatan itu mengacu kepada masuknya kapal pengintai Perancis, Dupuy de Lome dan Dupleix yang dijadwalkan tiba minggu depan. Kapal Perancis lainnya, Alize, juga diketahui berada di cekungan Laut Hitam sejak akhir bulan lalu.
”Tujuan dari ini adalah untuk memberikan dukungan moral bagi rezim di Kiev, tetapi juga sebagai demonstrasi kekuatan untuk membuat Rusia datang ke tumit (terpancing). Tapi kapal juga akan mengumpulkan informasi tentang aktivitas militer Rusia di Crimea dan di perbatasan Ukraina,” lanjut sumber itu.
Sedangkan Armada Laut Hitam Rusia ditempatkan di Sevastopol, Crimea, setelah wilayah itu resmi menjadi bagian dari Federasi Rusia setelah menggelar referendum pada bulan lalu.
Kemarahan Rusia dengan manuver kapal perang USS Donald Cook, sejatinya sudah terjadi sejak awal tahun ini. Yakni, ketika kapal itu tiba di Eropa dan ditentang Moskow.
Moskow mengatakan bahwa gerakan Angkatan Laut NATO sejak awal krisis Ukraina pada akhir tahun lalu telah melanggar Konvensi Montreux tentang gerakan Angkatan Laut di Laut Hitam. Menurut perjanjian itu, kapal perang dari negara-negara non-Laut Hitam hanya bisa tinggal sampai 21 hari berturut-turut. Namun, faktanya kapal perang USS Taylor melewati batas perjanjian.
Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan bingung atas pelanggaran perjanjian itu. ”Turki (yang mengurus perjanjian) tidak memberitahu kami tentang perpanjangan izin kapal itu. Kami telah menyatakan keprihatinan kami kepada Turki dan AS dalam sebuah catatan verbal,” bunyi pernyataan kementerian itu dalam situs resminya.
Kedatangan kapal yang dilengkapi sistem pertahanan rudal Aegis itu membangkitkan kemarahan Rusia yang tengah bersitegang dengan Ukraina.
Departemen Pertahanan AS mengatakan, misi kapal perang itu untuk meyakinkan sekutu NATO dan sekutu AS di kawasan Laut Hitam untuk memantau situasi di Ukraina. ”Ini menunjukkan komitmen kami terhadap sekutu kami guna meningkatkan keamanan dan kesiagaan,” kata juru bicara departemen itu, Kolonel Steven Warren dalam sebuah pernyataan, semalam (10/4/2014) seperti dikutip Rusia Today.
Namun sumber-sumber di militer Rusia meyakini, langkah kapal perang AS itu merupakan bagian dari misi sistematis NATO untuk mengobarkan perang laut.
”Apa yang kita lihat adalah bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 2008, NATO menciptakan kelompok pertempuran laut di luar perbatasan Rusia, " kata sumber itu, seperti dikutip kantor berita Interfax.
Pernyatan itu mengacu kepada masuknya kapal pengintai Perancis, Dupuy de Lome dan Dupleix yang dijadwalkan tiba minggu depan. Kapal Perancis lainnya, Alize, juga diketahui berada di cekungan Laut Hitam sejak akhir bulan lalu.
”Tujuan dari ini adalah untuk memberikan dukungan moral bagi rezim di Kiev, tetapi juga sebagai demonstrasi kekuatan untuk membuat Rusia datang ke tumit (terpancing). Tapi kapal juga akan mengumpulkan informasi tentang aktivitas militer Rusia di Crimea dan di perbatasan Ukraina,” lanjut sumber itu.
Sedangkan Armada Laut Hitam Rusia ditempatkan di Sevastopol, Crimea, setelah wilayah itu resmi menjadi bagian dari Federasi Rusia setelah menggelar referendum pada bulan lalu.
Kemarahan Rusia dengan manuver kapal perang USS Donald Cook, sejatinya sudah terjadi sejak awal tahun ini. Yakni, ketika kapal itu tiba di Eropa dan ditentang Moskow.
Moskow mengatakan bahwa gerakan Angkatan Laut NATO sejak awal krisis Ukraina pada akhir tahun lalu telah melanggar Konvensi Montreux tentang gerakan Angkatan Laut di Laut Hitam. Menurut perjanjian itu, kapal perang dari negara-negara non-Laut Hitam hanya bisa tinggal sampai 21 hari berturut-turut. Namun, faktanya kapal perang USS Taylor melewati batas perjanjian.
Kementerian Luar Negeri Rusia, menyatakan bingung atas pelanggaran perjanjian itu. ”Turki (yang mengurus perjanjian) tidak memberitahu kami tentang perpanjangan izin kapal itu. Kami telah menyatakan keprihatinan kami kepada Turki dan AS dalam sebuah catatan verbal,” bunyi pernyataan kementerian itu dalam situs resminya.
(mas)