RS Israel: Ariel Sharon dekati ajal
A
A
A
Sindonews.com – Bekas Perdana Menteri (PM) Israel, Ariel Sharon, dinyatakan sekarat oleh pihak rumah sakit (RS) Tel Hashomer. Direkrut RS tersebut menyebut, Sharon mendekati ajal.
Kesehatan Sharon, 85, bekas pemimpin Israel yang dijuluki "bulldozer” itu, memburuk sejak Rabu pekan lalu. Dia mengalami masalah ginjal yang serius usai menjalani operasi.
“Bahaya kematian dekat, meskipun jantungnya bertahan lebih baik dari yang kita duga,” kata direktur RS Tel Hashomer, Zeev Rotstein, seperti dikutip Ma’an, semalam. ”Saya lebih pesimis daripada sebelumnya, terutama soal fungsi ginjalnya.”
”Saya tidak bisa melihat masa depan, tapi tidak ada cara yang mungkin jadi jalan keluar dari ini,” lanjut Rotstein. Pada Jumat pekan lalu, pihak RS mengatakan, darah di tubuh Sharon sudah terinfeksi.
Bekas pemimpin Israel itu, menderita stroke sejak 4 Januari 2006, setelah terjatuh. Sejak itu, dia mengalami koma dan belum sadar sampai saat ini.
Semasa memimpin Israel, Sharon menerapkan kebijakan “tangan besi” untuk menduduki kompleks masjid al-Aqsa,Yerusalem Timur. Kebijakan Sharon menyulut amarah rakyat Palestina untuk melakukan gerakan perlawanan besar-besaran atau yang disebut sebagai Intifada kedua.
Kesehatan Sharon, 85, bekas pemimpin Israel yang dijuluki "bulldozer” itu, memburuk sejak Rabu pekan lalu. Dia mengalami masalah ginjal yang serius usai menjalani operasi.
“Bahaya kematian dekat, meskipun jantungnya bertahan lebih baik dari yang kita duga,” kata direktur RS Tel Hashomer, Zeev Rotstein, seperti dikutip Ma’an, semalam. ”Saya lebih pesimis daripada sebelumnya, terutama soal fungsi ginjalnya.”
”Saya tidak bisa melihat masa depan, tapi tidak ada cara yang mungkin jadi jalan keluar dari ini,” lanjut Rotstein. Pada Jumat pekan lalu, pihak RS mengatakan, darah di tubuh Sharon sudah terinfeksi.
Bekas pemimpin Israel itu, menderita stroke sejak 4 Januari 2006, setelah terjatuh. Sejak itu, dia mengalami koma dan belum sadar sampai saat ini.
Semasa memimpin Israel, Sharon menerapkan kebijakan “tangan besi” untuk menduduki kompleks masjid al-Aqsa,Yerusalem Timur. Kebijakan Sharon menyulut amarah rakyat Palestina untuk melakukan gerakan perlawanan besar-besaran atau yang disebut sebagai Intifada kedua.
(mas)