Komandan OPM berkaki satu meninggal, RI disalahkan
A
A
A
Sindonews.com – Danny Kayoga, komandan Organisasi Papua Merdeka (OPM) meninggal di rumah sakit Vanimo, Papua Nugini (PNG). Danny Kayoga yang berkaki satu, karena diamputasi setelah kaki yang satunya ditembak aparat Indonesia, pernah bersumpah untuk melawan pemerintah Republik Indonesia (RI).
Dia meninggal di RS Vanimo, PNG, akhir pekan lalu, dengan penyebab yang belum jelas. Pihak keluarga menyalahkan Pemerintah Indonesia, yang dituduh ikut campur soal hasil autopsi pihak RS.
Danny Kayoga telah bersembunyi sejak dia melarikan diri dari ancaman penangkapan aparat keamanandi Indonesia awal tahun ini. Dia tercatat sebagai komandan OPM untuk wilayah Jayapura.
Tahun lalu, kakinya ditembak pasukan Indonesia saat ditangkap. Kemudian, kakinya diamputasi ketika berada dalam tahanan. Bulan Juli 2013 lalu, dia diwawancarai media Australia, ABC, yang menyatakan, bahwa dia bersumpah untuk kembali ke hutan dan melawan Pemerintah Indonesia. Dia dipenjara atas tuduhan pembunuhan.
”Kaki ini diamputasi untuk OPM. Saya meminta kemerdekaan. Saya meminta Papua Barat untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia,” katanya, dalam wawancara itu, yang dilansir kembali pada Kamis (19/12/2013).
Kala itu, dia mengaku dioperasi untuk menghilangkan fragmen peluru dari kakinya. Laporan awal soal kematiannya, disebabkan oleh infeksi. Tapi, seorang dokter di RS Vanimo, mengatakan, dia meninggal karena gagal hati.
Juru bicara keluarga Danny Kogoya, Jeffrey Bomanak, menuduh Konsul Jenderal Indonesia campur dengan hasil autopsy pihak RS Vanimo. ”Konsulat Indonesia menganggu proses (autopsi) itu. Saya tidak tahu apa alasannya. Itu tidak jelas alasannya,” kata Bomanak.
Media itu mengklaim sudah berupaya mengkonfirmasi pihak Konsulat Indonesia, tapi tidak ada tanggapan. Dokter Kennan Witari, dari RS Vanimo, menduga , Konsulat Jenderal Indonesia memiliki kepentingan dengan tubuh Danny Kayoga.”Mungkin konsulat menginginkan tubuh Kayoga untuk beberapa alasan hukum,” ujar Kennan Witari.
Dia meninggal di RS Vanimo, PNG, akhir pekan lalu, dengan penyebab yang belum jelas. Pihak keluarga menyalahkan Pemerintah Indonesia, yang dituduh ikut campur soal hasil autopsi pihak RS.
Danny Kayoga telah bersembunyi sejak dia melarikan diri dari ancaman penangkapan aparat keamanandi Indonesia awal tahun ini. Dia tercatat sebagai komandan OPM untuk wilayah Jayapura.
Tahun lalu, kakinya ditembak pasukan Indonesia saat ditangkap. Kemudian, kakinya diamputasi ketika berada dalam tahanan. Bulan Juli 2013 lalu, dia diwawancarai media Australia, ABC, yang menyatakan, bahwa dia bersumpah untuk kembali ke hutan dan melawan Pemerintah Indonesia. Dia dipenjara atas tuduhan pembunuhan.
”Kaki ini diamputasi untuk OPM. Saya meminta kemerdekaan. Saya meminta Papua Barat untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia,” katanya, dalam wawancara itu, yang dilansir kembali pada Kamis (19/12/2013).
Kala itu, dia mengaku dioperasi untuk menghilangkan fragmen peluru dari kakinya. Laporan awal soal kematiannya, disebabkan oleh infeksi. Tapi, seorang dokter di RS Vanimo, mengatakan, dia meninggal karena gagal hati.
Juru bicara keluarga Danny Kogoya, Jeffrey Bomanak, menuduh Konsul Jenderal Indonesia campur dengan hasil autopsy pihak RS Vanimo. ”Konsulat Indonesia menganggu proses (autopsi) itu. Saya tidak tahu apa alasannya. Itu tidak jelas alasannya,” kata Bomanak.
Media itu mengklaim sudah berupaya mengkonfirmasi pihak Konsulat Indonesia, tapi tidak ada tanggapan. Dokter Kennan Witari, dari RS Vanimo, menduga , Konsulat Jenderal Indonesia memiliki kepentingan dengan tubuh Danny Kayoga.”Mungkin konsulat menginginkan tubuh Kayoga untuk beberapa alasan hukum,” ujar Kennan Witari.
(mas)