Saksi: Aparat Iran bekuk pensiunan FBI
A
A
A
Sindonews.com – Robert Levinson, seorang pensiunan agen FBI Amerika Serikat, yang hilang enam tahun lalu di Teheran, diketahui ditangkap aparat Iran. Demikian keterangan seorang saksi yang mengaku bertemu Levinson terakhir kali.
Dawud Salahudin, yang merupakan buronan AS itu mengungkap jejak terakhir Levinson dalam wawancaranya dengan Christian Science Monitor yang berbasis di Iran. Salahudin dalam wawancara itu, mengatakan, para agen Iran telah menahan Robert Levinson di pulau Kish pada tahun 2007.
Salahuddin, yang telah tinggal di Iran sejak tahun 1980 telah melakukan pembunuhan di AS atas nama rezim Teheran. Menurutnya, Levinson, yang belakangan diketahui bekerja untuk CIA, telah berusaha untuk merekrut dirinya sebagai informan, sebelum dia ditangkap agen Iran.
”Mereka membawa saya, dan saya ditinggakan di sebuah lobi. Levinson kemudian dikelilingi oleh empat polisi Iran,” ujar Salahuddin, seperti dikutip al-Arabiya, Selasa (17/12/2013).
Para pejabat AS menegaskan, Levinson hanyalah seorang pengusaha yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Namun, laporan media AS pekan lalu, mengungkap, Levinson sebenarnya bekerja untuk CIA pada misi rahasia pengumpulan informasi soal Iran.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengklaim Pemerintah Iran tidak mengetahui apa pun soal keberadaan Levinson. Zarif juga menegaskan, pensiunan FBI itu tidak dipenjarakan aparat Pemerintah Iran.
Salahudin mengatakan, dengan adanya bukti terbaru yang menunjukkan, bahwa Levinson bekerja untuk CIA, akan menjadi pertimbangan sendiri bagi Pemerintah Iran. ”Hal ini memungkinkan Iran untuk membenarkan semua kebohongan mereka (AS) selama bertahun-tahun, karena mereka memiliki operasi intelijen yang sebenarnya cukup valid,” ujar Salahudin.
Dawud Salahudin, yang merupakan buronan AS itu mengungkap jejak terakhir Levinson dalam wawancaranya dengan Christian Science Monitor yang berbasis di Iran. Salahudin dalam wawancara itu, mengatakan, para agen Iran telah menahan Robert Levinson di pulau Kish pada tahun 2007.
Salahuddin, yang telah tinggal di Iran sejak tahun 1980 telah melakukan pembunuhan di AS atas nama rezim Teheran. Menurutnya, Levinson, yang belakangan diketahui bekerja untuk CIA, telah berusaha untuk merekrut dirinya sebagai informan, sebelum dia ditangkap agen Iran.
”Mereka membawa saya, dan saya ditinggakan di sebuah lobi. Levinson kemudian dikelilingi oleh empat polisi Iran,” ujar Salahuddin, seperti dikutip al-Arabiya, Selasa (17/12/2013).
Para pejabat AS menegaskan, Levinson hanyalah seorang pengusaha yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Namun, laporan media AS pekan lalu, mengungkap, Levinson sebenarnya bekerja untuk CIA pada misi rahasia pengumpulan informasi soal Iran.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengklaim Pemerintah Iran tidak mengetahui apa pun soal keberadaan Levinson. Zarif juga menegaskan, pensiunan FBI itu tidak dipenjarakan aparat Pemerintah Iran.
Salahudin mengatakan, dengan adanya bukti terbaru yang menunjukkan, bahwa Levinson bekerja untuk CIA, akan menjadi pertimbangan sendiri bagi Pemerintah Iran. ”Hal ini memungkinkan Iran untuk membenarkan semua kebohongan mereka (AS) selama bertahun-tahun, karena mereka memiliki operasi intelijen yang sebenarnya cukup valid,” ujar Salahudin.
(mas)