Jabat tangan dengan Castro di acara Mandela, Obama dikecam
A
A
A
Sindonews.com – Adegan jabat tangan antara Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Presiden Kuba, Raul Castro, kemarin, menuai kecaman dari publik AS.
Momen langka itu terjadi, ketika kedua pemimpin negara yang bermusuhan itu sama-sama menghadiri acara berkabung untuk pahlawan anti-apartheid Afrika Selatan, Nelson Mandela.
Banyak warga AS bertanya-tanya, mengapa Obama bersedia berjabat tangan dengan tokoh yang dianggap AS sebagai “penjahat”. Momen itu menjadikan Obama sebagai Presiden AS pertama sejak tahun 2000 yang berjabat tangan dengan pemimpin Kuba.
Senator AS, Marco Rubio, yang seorang anak dari imigran asal Kuba mengecam sikap Obama yang mau berjabat tangan dengan Castro. ”Seharusnya (Castro) bertanya tentang kebebasan dasar orang yang ditolak di Kuba, jika dikaitkan dengan kebebasan yang dikampanyekan Mandela,” katanya.
Politisi AS dari Partai Republik, Ileana Ros Lehtinen, yang lahir di Havana tapi keluarganya pindah ke Miami, AS, membenci momen itu.”Hal itu memuakkan dan menyedihkan,” ucapnya, kemarin, seperti dikutip USA Today.
“Sikap ramah Presiden (Obama) dengan Raul Castro mencerminkan kebijakan kepada rezim Castro dan setiap kediktatoran teroris lainnya,” kecam politisi AS dari Partai Republik Diaz – Balart.
Media sosial juga dibanjiri kecaman yang dialamatkan kepada Obama. Para pengguna media sosial cenderung mengecam sikap Obama yang “tunduk” terhadap pemimpin asing. Mereka membandingkan adegan jabat tangan Obama dan Castro itu dengan adegan Obama yang membungkuk saat bertemu Raja Abdullah dari Arab Saudi tahun 2009.
Sementara itu, pihak Gedung Putih, mengatakan jabat tangan Obama dan Castro itu tidak direncanakan. ”Obama dan Castro hanya bertegur sapa,karena mereka dipersiapkan untuk tampil (dalam acara Mandela),” kata Ben Rhodes, Wakil Penasehat Keamanan Nasional Presiden AS. ”Fokus presiden adalah menghormati warisan Nelson Mandela.”
Momen langka itu terjadi, ketika kedua pemimpin negara yang bermusuhan itu sama-sama menghadiri acara berkabung untuk pahlawan anti-apartheid Afrika Selatan, Nelson Mandela.
Banyak warga AS bertanya-tanya, mengapa Obama bersedia berjabat tangan dengan tokoh yang dianggap AS sebagai “penjahat”. Momen itu menjadikan Obama sebagai Presiden AS pertama sejak tahun 2000 yang berjabat tangan dengan pemimpin Kuba.
Senator AS, Marco Rubio, yang seorang anak dari imigran asal Kuba mengecam sikap Obama yang mau berjabat tangan dengan Castro. ”Seharusnya (Castro) bertanya tentang kebebasan dasar orang yang ditolak di Kuba, jika dikaitkan dengan kebebasan yang dikampanyekan Mandela,” katanya.
Politisi AS dari Partai Republik, Ileana Ros Lehtinen, yang lahir di Havana tapi keluarganya pindah ke Miami, AS, membenci momen itu.”Hal itu memuakkan dan menyedihkan,” ucapnya, kemarin, seperti dikutip USA Today.
“Sikap ramah Presiden (Obama) dengan Raul Castro mencerminkan kebijakan kepada rezim Castro dan setiap kediktatoran teroris lainnya,” kecam politisi AS dari Partai Republik Diaz – Balart.
Media sosial juga dibanjiri kecaman yang dialamatkan kepada Obama. Para pengguna media sosial cenderung mengecam sikap Obama yang “tunduk” terhadap pemimpin asing. Mereka membandingkan adegan jabat tangan Obama dan Castro itu dengan adegan Obama yang membungkuk saat bertemu Raja Abdullah dari Arab Saudi tahun 2009.
Sementara itu, pihak Gedung Putih, mengatakan jabat tangan Obama dan Castro itu tidak direncanakan. ”Obama dan Castro hanya bertegur sapa,karena mereka dipersiapkan untuk tampil (dalam acara Mandela),” kata Ben Rhodes, Wakil Penasehat Keamanan Nasional Presiden AS. ”Fokus presiden adalah menghormati warisan Nelson Mandela.”
(mas)