Menlu Perancis ragu konvensi Jenewa II ciptakan terobosan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, tidak memiliki harapan yang besar bahwa perudingan damai antara pemberontak dan pemerintah Suriah di Jenewa pada 22 Januari mendatang akan menciptakan sebuah terobosan, Senin (9/12/2013).
"Saya percaya bahwa pertemuan itu akan terselenggara. Tapi, sangat sulit membayangkan bahwa akan menghasilkan sebuah hasil yang positif dalam waktu yang singkat," ungkap Fabius dalam wawancara dengan Radio Prancis.
"Konferesi Jenewa, menurut saya tidak mengejutkan dan konferensi tersebut berlangsung dalam kondisi yang sangat sulit," imbuh Fabius.
Konferensi Jenewa II yang diupayakan oleh Pemerintah Rusia dan Amerika Serikat sejak beberapa bulan yang lalu bertujuan untuk mengakhiri kebuntuan di Suriah. Sebab, hingga kini perang antara pemberontak dan tentara Suriah terus berlanjut di beberapa wilayah Suriah.
Seperti diketahui, George Sabra, Ketua Oposisi Suriah mengatakan, Koalisi Nasinal Suriah belum membuat keputusan apakah akan hadir dalam konfensi Jenewa II atau justru sebliknya, memboikot pertemuan tersebut. "Keputusan final akan diambil pada pertemuan koalisi pada akhir Desember di Turki," ungkap Sabra. "Saya ragu bahwa oposisi akan menghadiri konfensi tersebut," lanjut Sabra.
Sabra menjelaskan, tidak ada satu pihak pun dari oposisi Suriah yang berani menghadiri pertemuan tersebut untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah, tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan sejumlah kekuatan di lapangan.
Sementara, pemimpin Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Selim Idriss mengatakan kesiapannya untuk hadir dalam pertemuan tersebut, jika sejumlah keinginan dipenuhi, termasuk penggulingan rezim.
"Saya percaya bahwa pertemuan itu akan terselenggara. Tapi, sangat sulit membayangkan bahwa akan menghasilkan sebuah hasil yang positif dalam waktu yang singkat," ungkap Fabius dalam wawancara dengan Radio Prancis.
"Konferesi Jenewa, menurut saya tidak mengejutkan dan konferensi tersebut berlangsung dalam kondisi yang sangat sulit," imbuh Fabius.
Konferensi Jenewa II yang diupayakan oleh Pemerintah Rusia dan Amerika Serikat sejak beberapa bulan yang lalu bertujuan untuk mengakhiri kebuntuan di Suriah. Sebab, hingga kini perang antara pemberontak dan tentara Suriah terus berlanjut di beberapa wilayah Suriah.
Seperti diketahui, George Sabra, Ketua Oposisi Suriah mengatakan, Koalisi Nasinal Suriah belum membuat keputusan apakah akan hadir dalam konfensi Jenewa II atau justru sebliknya, memboikot pertemuan tersebut. "Keputusan final akan diambil pada pertemuan koalisi pada akhir Desember di Turki," ungkap Sabra. "Saya ragu bahwa oposisi akan menghadiri konfensi tersebut," lanjut Sabra.
Sabra menjelaskan, tidak ada satu pihak pun dari oposisi Suriah yang berani menghadiri pertemuan tersebut untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah, tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi dengan sejumlah kekuatan di lapangan.
Sementara, pemimpin Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Selim Idriss mengatakan kesiapannya untuk hadir dalam pertemuan tersebut, jika sejumlah keinginan dipenuhi, termasuk penggulingan rezim.
(esn)