Ketika Tuhan dipertanyakan para korban topan Filipina

Sabtu, 16 November 2013 - 16:06 WIB
Ketika Tuhan dipertanyakan...
Ketika Tuhan dipertanyakan para korban topan Filipina
A A A
Sindonews.com - Sehari setelah topan Haiyan meluluh lantakkan Kota Tacloban dan sekitarnya, Pastor Edwin Bacaltos melangkah keluar dari kompleks Gereja Bunda Penolong Abadi di pusat Tacloban.

Dia menyaksikan pemandangan mengerikan di kota itu. Banyak jenazah berserakan, dan puing-puing bangunan nyaris memenuhi jalan. Tugasnya pagi itu, memberkati jenazah-jenazah yang memenuhi jalan. ”Itu sulit bagi saya,” katanya. ”Itu adalah pengalaman yang sangat emosional.

Keesokan harinya, ia berkata; "Ketika saya merayakan Ekaristi, saya menangis karena semua penderitaan yang pernah kulihat itu.” Menurutnya ratusan korban yang selamat dari terjangan topan terkuat di dunia itu mencari perlindungan ke kompleks gereja.

Yang membuatnya pilu, adalah munculnya berbagai pertanyaan dari warga, yang memintanya untuk menjelaskan, bagaimana Tuhan membiarkan bencana menimpa kota yang matoritas pendudukunya beragama Katolik.

Pastor Edwin pun menjawab. “Tuhan bukanlah penyebab penderitaan. Ini adalah karya alam,”ujarnya, seperti dikutip CNN, Sabtu (16/11/2013). Pastor itu mengaku sulit untuk menjelaskan, mengapa bencana harus terjadi di Tacloban dengan penduduk lebih dari 200 ribu jiwa itu. “Sulit untuk menjelaskan,” ucapnya.

Di Gereja Santo Nino, Joan Norcio, 26, duduk di salah satu bangku kayu dekat belakang, menunggu Misa dimulai. Katanya, rumahnya telah hancur. Tiga anggota keluarganya hilang. Dia tidak menerima makanan dari pemerintah, dan hanya bergantung dari amal amal tetangganya. ”Menghadiri Misa di Santo Nino sangat membantuku selama ini,” katanya.

Badai dahsyat itu juga meghancurkan sebagian besar atap gereja. Tapi altar adalah sebagian besar masih utuh. “Misa dilanjutkan sehari setelah topan (menerjang) dan (misa) sekarang sedang diadakan dua sampai tiga kali sehari,” kata Pastor Isagani Petilos, salah satu dari dua pendeta senior di gereja.

Pastor Petilos, yang juga memberkati jenazah korban topan Haiyan, mengatakan, dia tidak tahu apakah agama bisa membantu para korban yang putus asa untuk bertahan. ”Hanya Tuhan yang tahu,” katanya. ”Orang-orang tahu. Kita semua adalah korban. Ada seluruh keluarga yang hilang.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7705 seconds (0.1#10.140)