Tacloban seperti dibom atom, orang-orang bak zombie

Jum'at, 15 November 2013 - 10:43 WIB
Tacloban seperti dibom atom, orang-orang bak zombie
Tacloban seperti dibom atom, orang-orang bak zombie
A A A
Sindonews.com – Sebuah media di Filipina melansir reportase penderitaan warga Kota Tacloban, sepekan sejak kota itu luluh lantak diterjang topan Haiyan. Laporan itu menggambarkan kondisi memilukan, di mana para korban kelaparan, dan nyaris jadi korban perkosaan saat mencari bantuan.

Laporan itu ditulis Ramon Tulfo, wartawan Filipina yang dilansir Inquirer.net, Jumat (15/11/2013). Selain melakukan reportase jurnalis itu juga membentuk misi medis bersama belasan dokter dari rumah sakit St Luke. ”Aku tidak siap untuk melihat adegan penderitaan yang akan menghantui saya selama sisa hidup saya saat kami mendarat di Kota Tacloban ini,” tulis Tulfo.

”Saya telah membentuk misi medis bersama 12 dokter dari Rumah Sakit St Luke dan enam orang nonmedis , termasuk saya. Kami mendarat di Kota Tacloban tiga hari setelah topan Yolanda (Haiyan) menerjang. Seorang dokter telah mundur, sehingga kami hanya berjumlah 17 orang.”

Menurut Tulfo, saat berada di udara tim menyaksikan kondisi kota yang biasanya ramai, telah berubah seperti kota mati. ”Semuanya berantakan. Seolah-olah sebuah bom atom telah dijatuhkan. Saat Pesawat Philippine Airlines (PAL) bersiap mendarat, saya melihat orang-orang berjalan tanpa tujuan seperti zombie,” ujarnya.

Seorang Kapten Angkatan Laut Filipina, Roy Vincent Trinidad, petugas yang bertanggung jawab atas bandara, meminta kelompok relawan nonpemerintah untuk pergi ke Visayas Timur, kawasan Guiuan. ”Tempat itu dianggap lebih hancur dari Tacloban,” kata Tulfo.

Dokter Sammy Tanzo, kepala tim misi medis, lanjut Tulfo, menyatakan, tim harus tinggal di tempat tak jauh dari bandara, yang kemudian dijaga oleh tentara dan polisi, demi alasan keamanan. ”Kami mendirikan rumah sakit darurat di dalam cangkang bangunan satu lantai dekat menara kontrol bandara,” paparnya. Pasien pun mulai berdatangan, berdesak-desakan.

Menurut Tulfo, para warga Tacloban ingin segera keluar dari kota itu. Dia menolong pasien pertama, seorang gadis 18 tahun yang penuh luka. Gadis itu menggeliat dan berteriak kesakitan saat lukanya dijahit.

Dia telah kehilangan kedua orang tuanya saat gelombang air laut tumpah seperti tsunami ke daratan. Gelombang itu menghancurkan segalanya yang ada di jalan. Dia beruntung bisa selamat, karena berpegangan pada batang pohon. Setelah hampir tenggelam , gadis itu melarikan diri dari sekelompok orang yang katanya mencoba memperkosanya.

Sekelompok orang itu, diyakini para geng tahanan yang melarikan diri dari penjara Provinsi Leyte. Merekalah yang diduga menjarah toko, memasuki rumah-rumah orang dan memperkosa para wanita.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8178 seconds (0.1#10.140)
pixels