AS curiga Suriah hendak sembunyikan senjata kimia
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) merasa skeptis, bahwa Pemerintah Suriah benar-benar mematuhi deklarasi PBB untuk memusnahkan semua senjata kimia yang dimiliki. Perasaan itu muncul, setelah ada laporan dari intelijen yang menduga Pemerintah Suriah menyembunyikan beberapa senjata kimia.
Pemerintah Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al-Assad telah sepakat dengan usulan AS dan Rusia, bahwa mulai September program dan fasilitas pembuat senjata kimia Suriah mulai dihancurkan. Sedangkan semua senjata kimia menyusul dihancurkan hingga pertengahan 2014.
Kesepakatan itu untuk mencegah ancaman agresi militer AS terhadap Suriah, usai serangan senjata kimia di dekat Damaskus pada 21 Agustus 2013, yang telah menewaskan ratusan orang.
”Kami masih mengkaji dokumen itu (laporan intelijen). Kami jelas merasa skeptisis, karena tahun ini berusan dengan rezim (Assad), juga ada kebingungan dalam konteks lain. Tentu saja banyak yang rusak dalam perjanjian (kesepakatan pemusnahan senjata kimia), dalam konteks perang saat ini.” Kata Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/11/2013).
Dia mengapresiasi, bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad sejauh ini bekerja sama dengan OPCW dan PBB dalam inspeksi semua situs senjata kimia di Suriah. OPCW mengatakan, dari 23 situs senjata kimia, sebanyak 21 situs sudah diinspeksi.
Sedangkan dua situs tidak bisa diinspeksi, karena terlalu rawan, di mana lokasi dua situs itu menjadi medan perang antara pasukan pemberontak dan pasukan Assad.
”Anda pasti akan mendengar dari kami, bahwa kita mendeteksi adanya ketidakpatuhan atau kami mendeteksi perbedaan signifikan dari mereka (rezim Assad) terhadap deklarasi,” lanjut Samantha.
Seorang pejabat AS, berbicara kepada Reuters, dengan kondisi anonimitas bahwa intelijen AS menemukan indikasi Pemerintah Suriah berniat menyembunyikan beberapa cadangan senjata kimia mereka. "Perkembangan ini tidak mengherankan. Pada titik ini, indikasi itu belum menciderai proses diplomasi,” ujar pejabat itu.
Pemerintah Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al-Assad telah sepakat dengan usulan AS dan Rusia, bahwa mulai September program dan fasilitas pembuat senjata kimia Suriah mulai dihancurkan. Sedangkan semua senjata kimia menyusul dihancurkan hingga pertengahan 2014.
Kesepakatan itu untuk mencegah ancaman agresi militer AS terhadap Suriah, usai serangan senjata kimia di dekat Damaskus pada 21 Agustus 2013, yang telah menewaskan ratusan orang.
”Kami masih mengkaji dokumen itu (laporan intelijen). Kami jelas merasa skeptisis, karena tahun ini berusan dengan rezim (Assad), juga ada kebingungan dalam konteks lain. Tentu saja banyak yang rusak dalam perjanjian (kesepakatan pemusnahan senjata kimia), dalam konteks perang saat ini.” Kata Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power, seperti dikutip Reuters, Rabu (6/11/2013).
Dia mengapresiasi, bahwa pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad sejauh ini bekerja sama dengan OPCW dan PBB dalam inspeksi semua situs senjata kimia di Suriah. OPCW mengatakan, dari 23 situs senjata kimia, sebanyak 21 situs sudah diinspeksi.
Sedangkan dua situs tidak bisa diinspeksi, karena terlalu rawan, di mana lokasi dua situs itu menjadi medan perang antara pasukan pemberontak dan pasukan Assad.
”Anda pasti akan mendengar dari kami, bahwa kita mendeteksi adanya ketidakpatuhan atau kami mendeteksi perbedaan signifikan dari mereka (rezim Assad) terhadap deklarasi,” lanjut Samantha.
Seorang pejabat AS, berbicara kepada Reuters, dengan kondisi anonimitas bahwa intelijen AS menemukan indikasi Pemerintah Suriah berniat menyembunyikan beberapa cadangan senjata kimia mereka. "Perkembangan ini tidak mengherankan. Pada titik ini, indikasi itu belum menciderai proses diplomasi,” ujar pejabat itu.
(mas)