Hollande: Tindakan keji, pembunuhan 2 wartawan Perancis
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Perancis Francois Hollande marah saat menerima kabar penculikan dan pembunuhan sepasang wartawan RFI, stasiun radio Prancis, Sabtu (2/10/2013). Pembunuhan itu terjadi empat hari setelah pembebasan empat warga Prancis yang ditawan selama tiga tahun oleh pemberontak yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
"Pembunuhan itu adalah perbuatan keji," ungkap Hollande. "Saya akan bertemu dengan para menteri besok untuk membahas insiden tersebut," imbuhnya.
Kementerian Luar Negeri Perancis mengkonfirmasi kabar kematian dua wartawan itu." Badan intelijen Perancis dan Pemerintah Mali akan mencari tahu secepat mungkin penyebab pembunuhan tersebut,"sebut pernyataan Kemenlu Perancis.
Seperti diketahui, Claude Verlon dan Ghislaine Dupont, sepasang wartawan RFI, stasiun radio Prancis diculik kemudian dibunuh setelah melakukan wawancara dengan seorang pejabat lokal dari kelompok pemberontak separatis etnis Tuareg MNLA di sisi utara Ibu Kota Kidal. Mali, Sabtu (2/10/2013).
Sementara itu, Pemerintah Mali melalui seorang Juru Bicaranya mengutuk pembunuhan terhadap dua wartawan Prancis tersebut. "Penculikan dan pembunuhan itu adalah tindakan barbar dan pengecut. Pemerintah Mali tetap bertekad melanjutkan perjuangan untuk melawan terorisme dan kejahatan terorganisir di Mali," imbuhnya.
Wilayah utara Mali setahun yang lalu sempat dikuasai oleh pemberontak Mali yang berafiliasi dengan al-Qaeda, mereka membiayai pemberontakan dengan menculik warga asing, khususnya warga Perancis. Menurut data perusahaan intelijen swasta Stratfor, sejak 2003 lalu, AQIM atau kelompok al-Qaeda di Islamic Maghreb telah 18 kali melakukan penculikan dengan biaya tebusan yang terus meningkat mencapai USD 89 juta.
"Pembunuhan itu adalah perbuatan keji," ungkap Hollande. "Saya akan bertemu dengan para menteri besok untuk membahas insiden tersebut," imbuhnya.
Kementerian Luar Negeri Perancis mengkonfirmasi kabar kematian dua wartawan itu." Badan intelijen Perancis dan Pemerintah Mali akan mencari tahu secepat mungkin penyebab pembunuhan tersebut,"sebut pernyataan Kemenlu Perancis.
Seperti diketahui, Claude Verlon dan Ghislaine Dupont, sepasang wartawan RFI, stasiun radio Prancis diculik kemudian dibunuh setelah melakukan wawancara dengan seorang pejabat lokal dari kelompok pemberontak separatis etnis Tuareg MNLA di sisi utara Ibu Kota Kidal. Mali, Sabtu (2/10/2013).
Sementara itu, Pemerintah Mali melalui seorang Juru Bicaranya mengutuk pembunuhan terhadap dua wartawan Prancis tersebut. "Penculikan dan pembunuhan itu adalah tindakan barbar dan pengecut. Pemerintah Mali tetap bertekad melanjutkan perjuangan untuk melawan terorisme dan kejahatan terorganisir di Mali," imbuhnya.
Wilayah utara Mali setahun yang lalu sempat dikuasai oleh pemberontak Mali yang berafiliasi dengan al-Qaeda, mereka membiayai pemberontakan dengan menculik warga asing, khususnya warga Perancis. Menurut data perusahaan intelijen swasta Stratfor, sejak 2003 lalu, AQIM atau kelompok al-Qaeda di Islamic Maghreb telah 18 kali melakukan penculikan dengan biaya tebusan yang terus meningkat mencapai USD 89 juta.
(esn)