Kelaparan, rakyat Suriah makan rumput
A
A
A
Sindonews.com – Ribuan orang telah eksodus dari Damaskus, setelah mereka berhasil keluar dari wilayah yang dilanda perang antara pasukan Presiden Bashar al-Assad dengan pasukan pemberontak Suriah.
Namun, para relawan Bulan Sabit Merah Suriah, mengatakan masih banyak warga yang ketakutan untuk meninggalkan kota itu, karena khawatir menjadi korban perang. Mereka yang terjebak di medan perang, dilaporkan memakan rumput untuk bertahan hidup, karena krisis pangan.
Setidaknya tiga wilayah di pinggiran Kota Damaskus telah dikepung pasukan Assad selama berbulan-bulan. Ribuan warga sipil bisa keluar dari wilayah itu, melalui proses negosiasi yang dilakukan relawan terhadap pasukan Suriah dan pasukan pemberontak.
Ratusan wanita dan anak-anak menghabiskan malam terakhir mereka di tempat penampungan yang dikelola pemerintah, di Damaskus. Para relawan Bulan Sabit Merah Suriah, mengatakan kepada wartawan, bahwa banyak keluarga sedih karena tidak punya kerabat yang dituju setelah rumah mereka hancur akibat perang.
BBC pada Rabu (30/10/2013), melaporkan, gelombang eksodus terjadi di wilayah Moadamiya, kemarin. Beberapa orang meninggalkan kota itu dengan ditandu. Kebanyakan dari mereka menangis karena tertekan situsi perang.
”Kami tidak melihat sepotong roti selama sembilan bulan,” kata seorang perempuan yang meninggalkan Moadamiya. ”Kami makan daun dan rumput,” katanya lagi.
Seorang gadis kecil dengan gaun merah muda menunjukkan tangannya gemetar karena lapar. ”Kami semua sakit,” ucapnya. Gadis kecil itu bersama adiknya mencengkeram erat roti yang dibagikan relawan Bulan Sabit Merah Suriah.
Sekitar 20 bus sedang menunggu di pintu masuk Moadamiya. Bus-bus itulah yang akan membawa para warga menuju tempat penampungan sementara milik Pemerintah Suriah
Kinda al- Shamamat, Menteri Suriah untuk Urusan Sosial, mengatakan siapa pun yang tinggal di belakang adalah musuh. ”Di dalam al-Moadamiya ada kelompok bersenjata. Mereka adalah teroris. Sekarang kita mengambil warga sipil ke tempat-tempat aman. Kemudian orang-orang (tidak ikut) bukan tanggung jawab kami, mereka adalah teroris,” kata Shamamat.
Namun, para relawan Bulan Sabit Merah Suriah, mengatakan masih banyak warga yang ketakutan untuk meninggalkan kota itu, karena khawatir menjadi korban perang. Mereka yang terjebak di medan perang, dilaporkan memakan rumput untuk bertahan hidup, karena krisis pangan.
Setidaknya tiga wilayah di pinggiran Kota Damaskus telah dikepung pasukan Assad selama berbulan-bulan. Ribuan warga sipil bisa keluar dari wilayah itu, melalui proses negosiasi yang dilakukan relawan terhadap pasukan Suriah dan pasukan pemberontak.
Ratusan wanita dan anak-anak menghabiskan malam terakhir mereka di tempat penampungan yang dikelola pemerintah, di Damaskus. Para relawan Bulan Sabit Merah Suriah, mengatakan kepada wartawan, bahwa banyak keluarga sedih karena tidak punya kerabat yang dituju setelah rumah mereka hancur akibat perang.
BBC pada Rabu (30/10/2013), melaporkan, gelombang eksodus terjadi di wilayah Moadamiya, kemarin. Beberapa orang meninggalkan kota itu dengan ditandu. Kebanyakan dari mereka menangis karena tertekan situsi perang.
”Kami tidak melihat sepotong roti selama sembilan bulan,” kata seorang perempuan yang meninggalkan Moadamiya. ”Kami makan daun dan rumput,” katanya lagi.
Seorang gadis kecil dengan gaun merah muda menunjukkan tangannya gemetar karena lapar. ”Kami semua sakit,” ucapnya. Gadis kecil itu bersama adiknya mencengkeram erat roti yang dibagikan relawan Bulan Sabit Merah Suriah.
Sekitar 20 bus sedang menunggu di pintu masuk Moadamiya. Bus-bus itulah yang akan membawa para warga menuju tempat penampungan sementara milik Pemerintah Suriah
Kinda al- Shamamat, Menteri Suriah untuk Urusan Sosial, mengatakan siapa pun yang tinggal di belakang adalah musuh. ”Di dalam al-Moadamiya ada kelompok bersenjata. Mereka adalah teroris. Sekarang kita mengambil warga sipil ke tempat-tempat aman. Kemudian orang-orang (tidak ikut) bukan tanggung jawab kami, mereka adalah teroris,” kata Shamamat.
(mas)