NSA sadap 125 miliar catatan komunikasi Timur Tengah
A
A
A
Sindonews.com – Sebuah bocoran dokumen rahasia mengungkapkan, bahwa, awal pekan ini National Security Agency (NSA) Amerika Serikat (AS) menyadap 125 miliar catatan telepon dan SMS dari rakyat Timur Tengah. Penyadapan itu, dilakukan selama Januari 2013.
”Perhatian NSA di Timur Tengah dan kawasan sekitarnya jauh lebih kuat dari pada apa pun, dibanding dengan Eropa,” kata Matius Aid, ahli intelijen yang berbasis di Washington DC, seperti dikutip al-Arabiya, Selasa (29/10/2013).
Menurutnya, hubungan antara AS dan Arab Saudi yang sedang bermasalah, karena penyelesaian konflik Suriah yang berlarut-larut, bisa menjadi alasan yang memungkinkan, bagi NSA untuk menjadikan Arab Saudi sebagai target penyadapan NSA. Dalam satu bulan, 7,8 miliar catatan telepon di Arab Saudi dan Irak telah disadap NSA.
Bocoran itu, berasal dari dokumen bekas kontraktor NSA, Edward Snowden. ”Kami sedang menunggu, bahwa tindakan akan dijatuhkan (kepada AS), tapi belum,” ujar Aid. Selain Arab Saudi dan Irak, Mesir dan Yordania juga disadap, masing-masing 1,8 miliar dan 1,6 miliar dari catatan komunikasi.
Sebelumnya, Gedung Putih telah mendapat tekanan hebat dari DPR AS, setelah dugaan skandal spionase NSA terhadap sejumlah negara di Eropa dan Amerika Latin terbongkar. Presiden Barack Obama akhirnya merombak program spionase AS.
Obama ditekan DPR AS untuk menjelaskan, soal ketidaktahuannya perihal pengumpulan data intelijen AS yang membuat para pemimpin Uni Eropa marah. Komite Intelijen Senat AS, mendesak Obama merombak program spionase AS.
“Yang jadi pemahaman saya, bahwa Presiden Obama tidak menyadari komunikasi Kanselir Jerman, Angela Merkel disadap sejak tahun 2002. Itu adalah masalah besar,” kata Dianne Feinstein, Ketua Komite Intelijen Senat AS.
”Perhatian NSA di Timur Tengah dan kawasan sekitarnya jauh lebih kuat dari pada apa pun, dibanding dengan Eropa,” kata Matius Aid, ahli intelijen yang berbasis di Washington DC, seperti dikutip al-Arabiya, Selasa (29/10/2013).
Menurutnya, hubungan antara AS dan Arab Saudi yang sedang bermasalah, karena penyelesaian konflik Suriah yang berlarut-larut, bisa menjadi alasan yang memungkinkan, bagi NSA untuk menjadikan Arab Saudi sebagai target penyadapan NSA. Dalam satu bulan, 7,8 miliar catatan telepon di Arab Saudi dan Irak telah disadap NSA.
Bocoran itu, berasal dari dokumen bekas kontraktor NSA, Edward Snowden. ”Kami sedang menunggu, bahwa tindakan akan dijatuhkan (kepada AS), tapi belum,” ujar Aid. Selain Arab Saudi dan Irak, Mesir dan Yordania juga disadap, masing-masing 1,8 miliar dan 1,6 miliar dari catatan komunikasi.
Sebelumnya, Gedung Putih telah mendapat tekanan hebat dari DPR AS, setelah dugaan skandal spionase NSA terhadap sejumlah negara di Eropa dan Amerika Latin terbongkar. Presiden Barack Obama akhirnya merombak program spionase AS.
Obama ditekan DPR AS untuk menjelaskan, soal ketidaktahuannya perihal pengumpulan data intelijen AS yang membuat para pemimpin Uni Eropa marah. Komite Intelijen Senat AS, mendesak Obama merombak program spionase AS.
“Yang jadi pemahaman saya, bahwa Presiden Obama tidak menyadari komunikasi Kanselir Jerman, Angela Merkel disadap sejak tahun 2002. Itu adalah masalah besar,” kata Dianne Feinstein, Ketua Komite Intelijen Senat AS.
(mas)