Dikhianati, Presiden Ekuador ancam mundur
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Ekuador, Rafael Correa, mengatakan ia akan mengundurkan diri jika Majelis Nasional melakukan dekriminalisasi aborsi sebagai bagian dari reformasi KUHP. Correa yang jabatannya akan berakhir pada 2017 nanti, merasa dikhianati teman-teman politiknya.
Correa selama ini menggambarkan dirinya sebagai sosok politisi sayap kiri, humanis dan seorang Katolik Roma yang taat. Dia mengatakan anggota dari aliansi pemerintahannya berkhianat dengan ikut mendukung reformasi itu.
”Mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan. Saya tidak akan pernah menyetujui dekriminalisasi aborsi,” ucapnya, seperti BBC, Sabtu (12/10/2013. Correa menuduh banyak anggota partai mengatur tentang pengkhianatan terhadap dirinya dan mencoba untuk melakukan agenda reformasi secara diam-diam.
”Pengkhianatan dari teman-teman sendiri lebih dari cukup, ketimbang tindakan dari musuh saya,” ujarnya. ”Jika tindakan-tindakan pengkhianatan dan ketidaksetiaan sudah muncul, saya akan mengajukan pengunduran diri saya,” kata Correa.
Correa, adalah seorang ekonom hasil dididikan di Amerika Serikat. Dia meraih kekuasaan awal pada tahun 2007. Kemudian, dia terpilih kembali.
Dia juga dianggap sebagai generasi baru pemimpin sayap kiri yang berkuasa di Amerika Latin dalam 15 tahun terakhir, setelah Presiden Venezuela, Hugo Chavez, meninggal. Correa pernah mengecam praktik imperialisme Amerika Serikat yang dilakukan terhadap pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Pada Agustus 2012, dia memberikan suaka untuk Assange, sehingga bisa bersembunyi di Kedutaan Ekuador yang berada di London.
Dalam beberapa hari ini, Majelis Nasional terlibat perdebatan soal reformasi KUHP soal aborsi yang tidak didukung Correa. ”Mengapa kita harus melakukan dekriminalisasi aborsi? Sebaliknya, konstitusi kita berjanji untuk mempertahankan hidup dari saat pembuahan,” kata Correa. Aborsi benar-benar dilarang di sebagian besar negara-negara Amerika Latin.
Correa selama ini menggambarkan dirinya sebagai sosok politisi sayap kiri, humanis dan seorang Katolik Roma yang taat. Dia mengatakan anggota dari aliansi pemerintahannya berkhianat dengan ikut mendukung reformasi itu.
”Mereka dapat melakukan apapun yang mereka inginkan. Saya tidak akan pernah menyetujui dekriminalisasi aborsi,” ucapnya, seperti BBC, Sabtu (12/10/2013. Correa menuduh banyak anggota partai mengatur tentang pengkhianatan terhadap dirinya dan mencoba untuk melakukan agenda reformasi secara diam-diam.
”Pengkhianatan dari teman-teman sendiri lebih dari cukup, ketimbang tindakan dari musuh saya,” ujarnya. ”Jika tindakan-tindakan pengkhianatan dan ketidaksetiaan sudah muncul, saya akan mengajukan pengunduran diri saya,” kata Correa.
Correa, adalah seorang ekonom hasil dididikan di Amerika Serikat. Dia meraih kekuasaan awal pada tahun 2007. Kemudian, dia terpilih kembali.
Dia juga dianggap sebagai generasi baru pemimpin sayap kiri yang berkuasa di Amerika Latin dalam 15 tahun terakhir, setelah Presiden Venezuela, Hugo Chavez, meninggal. Correa pernah mengecam praktik imperialisme Amerika Serikat yang dilakukan terhadap pendiri WikiLeaks, Julian Assange. Pada Agustus 2012, dia memberikan suaka untuk Assange, sehingga bisa bersembunyi di Kedutaan Ekuador yang berada di London.
Dalam beberapa hari ini, Majelis Nasional terlibat perdebatan soal reformasi KUHP soal aborsi yang tidak didukung Correa. ”Mengapa kita harus melakukan dekriminalisasi aborsi? Sebaliknya, konstitusi kita berjanji untuk mempertahankan hidup dari saat pembuahan,” kata Correa. Aborsi benar-benar dilarang di sebagian besar negara-negara Amerika Latin.
(mas)