Turki perbarui mandat pengerahan pasukan ke Suriah
A
A
A
Sindonews.com – Parlemen Turki memberikan persetujuan pada Kamis (3/10/2013), untuk memperpanjang setahun mandat otorisasi pengerahan pasukan ke Suriah jika diperlukan. Langkah ini diambil, setelah Pemerintah Turki menyatakan kalau tuduhan penggunaan senjata kimia oleh Presiden Bashar al-Assad menjadi ancaman bagi Turki.
Selama ini, Turki menjadi salah satu negara yang paling keras mengkritik rezim Assad. Turki juga mendukung adanya intervensi militer ke Suriah. "Risiko dan ancaman ini tidak menurun, malah sebaliknya kian meningkat," ujar Menteri Pertahanan Turki, Ismet Yilmaz, sebelum pemungutan suara di parlemen, seperti dikutip dari Reuters.
Turki, yang memiliki wilayah perbatasan sepanjang 900 km dengan Suriah, telah mengalami dampak langsung dari perang saudara yang telah berlangsung lebih dari dua tahun di Suriah. Beberapa kali rudal yang berasal dari Suriah menerobos masuk ke wilayah Turki dan menewaskan warga Turki.
Sebelumnya, Presiden Turki, Abdullah Gul, telah memperingatkan tentang munculnya Islam radikal di Suriah akibat konflik bersenjata berkepanjangan di negara tetangga Turki itu. "Perang saudara adalah yang paling kejam dari perang. Karena konflik tersebut menyeret keluar radikalisme dan ekstremisme. Dan, tidak hanya mengancam negara yang mengalami perang saudara, tetapi juga stabilitas regional dan global," jelas Gul, seperti dikutip dari Xinhua.
Menurut Gul, sikap lambat masyarakat internasional terhadap konflik Suriah tidak dapat diterima. “Kelangsungan hidup rakyat Suriah tidak boleh dikorbankan untuk kebijakan keseimbangan kekuasaan dan kepentingan sempit," lanjutnya.
Selama ini, Turki menjadi salah satu negara yang paling keras mengkritik rezim Assad. Turki juga mendukung adanya intervensi militer ke Suriah. "Risiko dan ancaman ini tidak menurun, malah sebaliknya kian meningkat," ujar Menteri Pertahanan Turki, Ismet Yilmaz, sebelum pemungutan suara di parlemen, seperti dikutip dari Reuters.
Turki, yang memiliki wilayah perbatasan sepanjang 900 km dengan Suriah, telah mengalami dampak langsung dari perang saudara yang telah berlangsung lebih dari dua tahun di Suriah. Beberapa kali rudal yang berasal dari Suriah menerobos masuk ke wilayah Turki dan menewaskan warga Turki.
Sebelumnya, Presiden Turki, Abdullah Gul, telah memperingatkan tentang munculnya Islam radikal di Suriah akibat konflik bersenjata berkepanjangan di negara tetangga Turki itu. "Perang saudara adalah yang paling kejam dari perang. Karena konflik tersebut menyeret keluar radikalisme dan ekstremisme. Dan, tidak hanya mengancam negara yang mengalami perang saudara, tetapi juga stabilitas regional dan global," jelas Gul, seperti dikutip dari Xinhua.
Menurut Gul, sikap lambat masyarakat internasional terhadap konflik Suriah tidak dapat diterima. “Kelangsungan hidup rakyat Suriah tidak boleh dikorbankan untuk kebijakan keseimbangan kekuasaan dan kepentingan sempit," lanjutnya.
(esn)