AS balas usir 3 diplomat Venezuela
A
A
A
Sindonews.com – Perseteruan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Venezuela kian memanas. AS membalas pengusiran tiga diplomatnya di Venezuela, dengan mengusir tiga diplomat Venezuela yang berada di AS.
Pengusiran tiga diplomat Venezuela dari AS hanya berselang sehari, setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro, mengumumkan pengusiran tiga diplomat AS, Senin lalu. Menurut Maduro, tiga diplomat AS diusir dari Caracas, karena diduga kuat merencanakan sabotase ekonomi Venezuela. Namun, tuduhan itu dibantah para diplomat AS.
Kementerian Luar Negeri AS, mengatakan, langkah Venezuela itu tidak dapat dibenarkan. Di Washington, mengutip laporan AP, Rabu (2/10/2013), seorang pejabat Departemen Luar Negeri, menegaskan Calixto Ortega Rios dan dua diplomat Venezuela lainnya, telah diberi waktu 48 jam untuk meninggalkan AS.
”Sangat disesalkan bahwa Pemerintah Venezuela telah kembali memutuskan untuk mengusir para pejabat diplomatik AS dengan tuduhan yang tidak mendasar, yang memerlukan timbal balik,” kata pejabat Departemen tersebut.
”Hal ini kontraproduktif dengan kepentingan kedua negara kita dan bukan cara yang serius bagi suatu negara dalam menjalankan kebiakan luar negerinya,” lanjut pejabat itu.
Seperti diketahui, sehari sebelumnya, Pemerintah Venezuela menyatakan, tiga diplomat AS yang berada di Venezuela telah diusir. Musbabnya, mereka dituduh merencanakan sabotase ekonomi. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengatakan, para diplomat memiliki 48 jam untuk meninggalkan negara itu.”Yankees, pulang!,” kata Maduro, merujuk pada pengusiran tiga diplomat AS.
Maduro mengklaim, ia memiliki bukti bahwa trio diplomat AS mengambil bagian dalam sabotase listrik pada bulan September 2013, dan telah menyuap perusahaan Venezuela untuk mengurangi produksi.
Tiga diplomat AS yang diusir itu adalah Kelly Keiderling, David Moo dan Elizabeth Hoffman. Namun, mereka menolak semua tuduhan dari Pemerintah Venzuela.
”Kami benar-benar menolak tuduhan Pemerintah Venezuela tentang keterlibatan Pemerintah AS dalam setiap jenis konspirasi untuk mengacaukan Pemerintah Venezuela,” bunyi pernyataan para diplomat, seperti dikutip Reuters.
Pengusiran tiga diplomat Venezuela dari AS hanya berselang sehari, setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro, mengumumkan pengusiran tiga diplomat AS, Senin lalu. Menurut Maduro, tiga diplomat AS diusir dari Caracas, karena diduga kuat merencanakan sabotase ekonomi Venezuela. Namun, tuduhan itu dibantah para diplomat AS.
Kementerian Luar Negeri AS, mengatakan, langkah Venezuela itu tidak dapat dibenarkan. Di Washington, mengutip laporan AP, Rabu (2/10/2013), seorang pejabat Departemen Luar Negeri, menegaskan Calixto Ortega Rios dan dua diplomat Venezuela lainnya, telah diberi waktu 48 jam untuk meninggalkan AS.
”Sangat disesalkan bahwa Pemerintah Venezuela telah kembali memutuskan untuk mengusir para pejabat diplomatik AS dengan tuduhan yang tidak mendasar, yang memerlukan timbal balik,” kata pejabat Departemen tersebut.
”Hal ini kontraproduktif dengan kepentingan kedua negara kita dan bukan cara yang serius bagi suatu negara dalam menjalankan kebiakan luar negerinya,” lanjut pejabat itu.
Seperti diketahui, sehari sebelumnya, Pemerintah Venezuela menyatakan, tiga diplomat AS yang berada di Venezuela telah diusir. Musbabnya, mereka dituduh merencanakan sabotase ekonomi. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro mengatakan, para diplomat memiliki 48 jam untuk meninggalkan negara itu.”Yankees, pulang!,” kata Maduro, merujuk pada pengusiran tiga diplomat AS.
Maduro mengklaim, ia memiliki bukti bahwa trio diplomat AS mengambil bagian dalam sabotase listrik pada bulan September 2013, dan telah menyuap perusahaan Venezuela untuk mengurangi produksi.
Tiga diplomat AS yang diusir itu adalah Kelly Keiderling, David Moo dan Elizabeth Hoffman. Namun, mereka menolak semua tuduhan dari Pemerintah Venzuela.
”Kami benar-benar menolak tuduhan Pemerintah Venezuela tentang keterlibatan Pemerintah AS dalam setiap jenis konspirasi untuk mengacaukan Pemerintah Venezuela,” bunyi pernyataan para diplomat, seperti dikutip Reuters.
(mas)