AS bingung sesama pemberontak Suriah perang
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Amerika Serikat, mengaku bingung dengan konflik di Suriah, karena di kubu pemberontak saling bertempur. Pemberontak Suriah moderat loyalis Jenderal Salim Idris terlibat pertempuran sengit dengan pemberontak bersenjata yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
”Ada baku tembak yang nyata terjadi,” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS, yang diawancarai dengan syarat anonim, kemarin, seperti dikutip Reuters.
Pejabat itu mengatakan Tentara Pembebasan Suriah, menerima bantuan non-mematikan dari AS. Namun, dia tidak merinci jenis bantuan itu. Dengan pertempuran sengit di kubu pemberontak anti-Presiden Bashar al-Assad itu, akan membuat AS berpikir ulang.
Terlebih, pertempuran di kubu pemberontak itu terjadi wilayah di sepanjang perbatasan utara dan timur Suriah. Masalah itu, dianggap sebagai perusak rencana pemberontak untuk melengserkan Assad. Pemberontakan di Suriah mereka mulai pada tahun 2011.
Semula, gerakan itu diawali dengan protes damai menentang empat decade pemerintahan Suriah yang didominasi keluarga Assad. Tapi gerakan itu berubah menjadi perang sipil yang menurut data PBB sudah menewaskan lebih dari 100 ribu orang.
”Ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah kita lihat antara pengikut Jenderal Salim Idriss dari Tentara Pembebasan Suriah, dengan gerilyawan bersenjata dari Negara Islam Irak dan kelompok militan lain,” ujar pejabat pejabat itu, sesaat setelah Menteri Luar Negeri AS, John Kerry bertemu dengan Presiden Koalisi Oposisi Nasional Suriah, Ahmad Jarba.
”Ini perlu kerja keras. Saya bahkan akan mengatakan bahwa ekstremis benar-benar melakukan pekerjaan yang membuat Menlu AS harus berbicara khusus dengan oposisi,” kata pejabat itu.
Sedangkan Ahmad Jarba, menyatakan, saat ini muncul suara kekecewaan dari oposisi terhadap AS, karena batal menyerang Suriah. Menurut Jarba, oposisi kecewa, karena serangan senjata kimia pada 21 Agustus 2013 tidak beperngaruh pada penjatuhan hukuman untuk Bashar al-Assad.
”Ada baku tembak yang nyata terjadi,” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS, yang diawancarai dengan syarat anonim, kemarin, seperti dikutip Reuters.
Pejabat itu mengatakan Tentara Pembebasan Suriah, menerima bantuan non-mematikan dari AS. Namun, dia tidak merinci jenis bantuan itu. Dengan pertempuran sengit di kubu pemberontak anti-Presiden Bashar al-Assad itu, akan membuat AS berpikir ulang.
Terlebih, pertempuran di kubu pemberontak itu terjadi wilayah di sepanjang perbatasan utara dan timur Suriah. Masalah itu, dianggap sebagai perusak rencana pemberontak untuk melengserkan Assad. Pemberontakan di Suriah mereka mulai pada tahun 2011.
Semula, gerakan itu diawali dengan protes damai menentang empat decade pemerintahan Suriah yang didominasi keluarga Assad. Tapi gerakan itu berubah menjadi perang sipil yang menurut data PBB sudah menewaskan lebih dari 100 ribu orang.
”Ini adalah pertempuran yang paling sulit yang pernah kita lihat antara pengikut Jenderal Salim Idriss dari Tentara Pembebasan Suriah, dengan gerilyawan bersenjata dari Negara Islam Irak dan kelompok militan lain,” ujar pejabat pejabat itu, sesaat setelah Menteri Luar Negeri AS, John Kerry bertemu dengan Presiden Koalisi Oposisi Nasional Suriah, Ahmad Jarba.
”Ini perlu kerja keras. Saya bahkan akan mengatakan bahwa ekstremis benar-benar melakukan pekerjaan yang membuat Menlu AS harus berbicara khusus dengan oposisi,” kata pejabat itu.
Sedangkan Ahmad Jarba, menyatakan, saat ini muncul suara kekecewaan dari oposisi terhadap AS, karena batal menyerang Suriah. Menurut Jarba, oposisi kecewa, karena serangan senjata kimia pada 21 Agustus 2013 tidak beperngaruh pada penjatuhan hukuman untuk Bashar al-Assad.
(esn)