Jepang mengutuk penggunaan senjata kimia Suriah
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Jepang mengutuk penggunaan senjata kimia di Suriah, Selasa (17/9/2013). Sikap tersebut datang setelah PBB menegaskan, bahwa gas sarin telah digunakan dalam serangan roket pada 21 Agustus di pinggiran Ibu Kota Damaskus, yang menewaskan ribuan warga.
"Tokyo mengutuk penggunaan senjata kimia di negara Timur Tengah dan akan terus melakukan mengamati perkembangan di PBB dan tanggapan dari Pemerintah Suriah atas kesepakatan Pemerintah AS-Rusia untuk menyingkirkan senjata kimia Suriah," demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida dalam sebuah konferensi pers.
"Tokyo menyerukan pihak yang berseteru di Suriah untuk menghentikan aksi kekerasan dan memulai dialog politik," lanjut Kishida.
Seperti diketahui, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kemarin mengajukan laporan sebanyak 38 halaman kepada Dewan Keamanan PBB. Isi laporan itu menyimpulkan serangan beberapa roket dengan gas sarin telah digunakan dalam serangan Agustus lalu. Laporan itu juga mengatakan, bahwa kondisi cuaca pada 21 Agustus membuat sebanyak mungkin orang terluka atau terbunuh.
Menurut Ki-moon, saat serangan terjadi, suhu turun jauh, yang berarti bahwa udara bergerak ke bawah ke tanah. Namun, PBB tak menyatakan siapa yang bertanggung jawab atas serangan senjata kimia itu.
"Atas dasar bukti yang diperoleh selama penyelidikan insiden Ghouta, kesimpulannya adalah, bahwa senjata kimia telah digunakan dalam konflik yang berkepanjangan antara pihak-pihak di Suriah. Senjata kimia itu juga digunakan terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, dalam skala relatif besar," ungkap Ki-moon.
"Tokyo mengutuk penggunaan senjata kimia di negara Timur Tengah dan akan terus melakukan mengamati perkembangan di PBB dan tanggapan dari Pemerintah Suriah atas kesepakatan Pemerintah AS-Rusia untuk menyingkirkan senjata kimia Suriah," demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida dalam sebuah konferensi pers.
"Tokyo menyerukan pihak yang berseteru di Suriah untuk menghentikan aksi kekerasan dan memulai dialog politik," lanjut Kishida.
Seperti diketahui, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kemarin mengajukan laporan sebanyak 38 halaman kepada Dewan Keamanan PBB. Isi laporan itu menyimpulkan serangan beberapa roket dengan gas sarin telah digunakan dalam serangan Agustus lalu. Laporan itu juga mengatakan, bahwa kondisi cuaca pada 21 Agustus membuat sebanyak mungkin orang terluka atau terbunuh.
Menurut Ki-moon, saat serangan terjadi, suhu turun jauh, yang berarti bahwa udara bergerak ke bawah ke tanah. Namun, PBB tak menyatakan siapa yang bertanggung jawab atas serangan senjata kimia itu.
"Atas dasar bukti yang diperoleh selama penyelidikan insiden Ghouta, kesimpulannya adalah, bahwa senjata kimia telah digunakan dalam konflik yang berkepanjangan antara pihak-pihak di Suriah. Senjata kimia itu juga digunakan terhadap warga sipil, termasuk anak-anak, dalam skala relatif besar," ungkap Ki-moon.
(esn)