Obama & Putin tak akan berdialog tatap muka di KTT G-20
A
A
A
Sindonews.com – Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, tidak akan melakukan pertemuan tatap muka dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di sela-sela KTT Pemimpin Kelompok Dua Puluh (G-20) yang dijadwalkan berlangsung pada 5-6 September di St Petersburg, Rusia. Demikian dinyatakan oleh seorang pejabat senior AS, Jumat (30/8/2013).
"Pada saat ini tidak ada pertemuan bilateral di antara kedua presiden," kata pejabat itu kepada wartawan dalam tele conference tentang perjalanan mendatang Obama ke Swedia dan Rusia, seperti dikutip dari Xinhua.
Sebelumnya, Obama telah membatalkan pertemuan puncak dengan Putin yang direncanakan berlangsung pada awal bulan ini. Pembatalan ini dilakukan karena memburuknya hubungan kedua negara akibat berbagai isu.
Isu-isu yang merenggangkan hubungan dua negara itu adalah konflik di Suriah, rudal pertahanan, Hak Asasi Manusia, dan yang paling aktual adalah pemberian suaka oleh Pemerintah Rusia pada buronan dinas intelijen AS, Edward Snowden. Suaka bagi Snowden ini sangat membuat marah AS.
Perbedaan mencolok kedua negara saat ini juga terlihat pada konflik di Suriah yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun. AS mendesak segera terlaksananya intervensi militer ke Suriah, atas dugaan penggunaan senjata kimia mematikan oleh rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Sementara Pemerintah Rusia telah menentang setiap intervensi militer dalam konflik Suriah. Sebagai salah satu anggota tetap DK PBB, Rusia telah berulangkali memveto resolusi DK PBB. Bahkan, Rusia menyebut tuduhan AS soal penggunaan senjata kimia di Suriah hanyalah omong kosong. Selama ini, Rusia dan Iran adalah pendukung setia rezim Presiden Assad.
"Pada saat ini tidak ada pertemuan bilateral di antara kedua presiden," kata pejabat itu kepada wartawan dalam tele conference tentang perjalanan mendatang Obama ke Swedia dan Rusia, seperti dikutip dari Xinhua.
Sebelumnya, Obama telah membatalkan pertemuan puncak dengan Putin yang direncanakan berlangsung pada awal bulan ini. Pembatalan ini dilakukan karena memburuknya hubungan kedua negara akibat berbagai isu.
Isu-isu yang merenggangkan hubungan dua negara itu adalah konflik di Suriah, rudal pertahanan, Hak Asasi Manusia, dan yang paling aktual adalah pemberian suaka oleh Pemerintah Rusia pada buronan dinas intelijen AS, Edward Snowden. Suaka bagi Snowden ini sangat membuat marah AS.
Perbedaan mencolok kedua negara saat ini juga terlihat pada konflik di Suriah yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun. AS mendesak segera terlaksananya intervensi militer ke Suriah, atas dugaan penggunaan senjata kimia mematikan oleh rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Sementara Pemerintah Rusia telah menentang setiap intervensi militer dalam konflik Suriah. Sebagai salah satu anggota tetap DK PBB, Rusia telah berulangkali memveto resolusi DK PBB. Bahkan, Rusia menyebut tuduhan AS soal penggunaan senjata kimia di Suriah hanyalah omong kosong. Selama ini, Rusia dan Iran adalah pendukung setia rezim Presiden Assad.
(esn)