NATO: Kami tak punya rencana serang Suriah
A
A
A
Sindonews.com – Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO ), Anders Fogh Rasmussen, mengatakan aliansi tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi militer terhadap Suriah. Pernyataan itu disampaikan Rasmussen di Ibu Kota Denmark, Kopenhagen, kemarin.
”Saya tidak melihat ada peran NATO dalam tanggapan internasional terhadap rezim (Suriah), ”kata Fogh Rasmussen, seperti dikutip Press TV, Sabtu (31/8/2013). Kalau pun ingin melakukan invasi militer, pihaknya membutuhkan persetujuan dari semua negara anggota aliansi itu.
Sebelumnya, Presiden Prancis, Francois Hollande, memberikan sinyal negaranya akan menyerang Suriah. ”Masyarakat internasional tidak bisa mentolerir penggunaan senjata kimia, rezim Suriah harus bertanggung jawab,” katanya.
Sedangkan Inggris batal untuk menyerang Suriah, setelah parlemen menentang invasi militer terhadap Suriah. Kendati demikian, kata Rasmussen, setiap penggunaan senjata kimia seperti yang dituduhkan terjadi di Suriah, tidak dapat diterima. ”Mereka yang bertanggung jawab, harus bertanggung jawab,” lanjut dia.
Seruan untuk aksi militer terhadap Suriah meningkat, setelah pasukan oposisi yang didukung asing menuduh pemerintah Presiden Bashar al-Assad meluncurkan serangan senjata kimia pada markas militan di pinggiran kota Damaskus pada 21 Agustus 2013.
Suriah telah dilanda kerusuhan mematikan sejak 2011, negara-negara Barat dan sekutu regional mereka, terutama Qatar , Arab Saudi , dan Turki, mendukung kelompok militan untuk menggulingkan rezim Assad. Menurut data PBB, lebih dari 100 ribu orang telah tewas dan 7,8 juta orang lainnya mengungsi karena aksi kekerasan.
”Saya tidak melihat ada peran NATO dalam tanggapan internasional terhadap rezim (Suriah), ”kata Fogh Rasmussen, seperti dikutip Press TV, Sabtu (31/8/2013). Kalau pun ingin melakukan invasi militer, pihaknya membutuhkan persetujuan dari semua negara anggota aliansi itu.
Sebelumnya, Presiden Prancis, Francois Hollande, memberikan sinyal negaranya akan menyerang Suriah. ”Masyarakat internasional tidak bisa mentolerir penggunaan senjata kimia, rezim Suriah harus bertanggung jawab,” katanya.
Sedangkan Inggris batal untuk menyerang Suriah, setelah parlemen menentang invasi militer terhadap Suriah. Kendati demikian, kata Rasmussen, setiap penggunaan senjata kimia seperti yang dituduhkan terjadi di Suriah, tidak dapat diterima. ”Mereka yang bertanggung jawab, harus bertanggung jawab,” lanjut dia.
Seruan untuk aksi militer terhadap Suriah meningkat, setelah pasukan oposisi yang didukung asing menuduh pemerintah Presiden Bashar al-Assad meluncurkan serangan senjata kimia pada markas militan di pinggiran kota Damaskus pada 21 Agustus 2013.
Suriah telah dilanda kerusuhan mematikan sejak 2011, negara-negara Barat dan sekutu regional mereka, terutama Qatar , Arab Saudi , dan Turki, mendukung kelompok militan untuk menggulingkan rezim Assad. Menurut data PBB, lebih dari 100 ribu orang telah tewas dan 7,8 juta orang lainnya mengungsi karena aksi kekerasan.
(esn)