Prancis bernafsu ingin serang Suriah
A
A
A
Sindonews.com – Batalnya rencana Inggris untuk menyerang Suriah karena ditentang parlemen, tidak menyurutkan niat Prancis yang tetap ingin menyerang Suriah. Keputusan Prancis untuk menyerang Suriah atau tidak, akan diputuskan Rabu (4/9/2013) nanti melalui rapat parlemen.
”Prancis menginginkan tindakan tegas dan proporsional terhadap rezim Damasakus,” kata Presiden Prancis, Francois Hollande, dalam sebuah wawancara dengan harian Le Monde, Jumat (30/8/2013).
”Setiap negara bebas memilih, apakah akan mengambil bagian dalam operasi semacam itu atau tidak . Itu berlaku untuk Inggris dan Prancis,” ujarnya.
Presiden Prancis telah bersumpah untuk “menghukum" rezim Presiden Bashar al-Assad atas dugaan serangan senjata kimia pada 21 Agustus 2013 lalu. ”Ada indikator yang menunjuk ke rezim Damaskus sebagai pihak yang bertanggung jawab,” imbuh dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, mengatakan, AS akan terus mencari teman koalisi internasional untuk bertindak bersama-sama di Suriah. Pernyataan Hagel itu sebagai respon atas keputusan Parlemen Inggris yang menentang negaranya menyerang Suriah.
”Ini adalah tujuan Presiden (Barack) Obama dan pemerintah kami, apa pun keputusan yang diambil, itu menjadi kolaborasi dan upaya internasional,” kata Hagel selama perjalanan ke Filipina, seperti dikutip Reuters.
Dia menegaskan, meskipun Parlemen Inggris menolak rencana invasi militer ke Suriah, AS tetap akan berkonsultasi dengan Inggris sebelum memutuskan untuk menyerang Suriah.
Pasca-hasil pemungutan suara Parlemen Inggris yang menolak rencana invasi militer ke Suriah, Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond, mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengambil bagian dalam aksi militer. ”Saya berharap kami akan membawa argumen (invasi ke Suriah), tetapi kami memahami ada kecurigaan tentang keterlibatan (Inggris) di Timur Tengah,” kata Hammond.
”Prancis menginginkan tindakan tegas dan proporsional terhadap rezim Damasakus,” kata Presiden Prancis, Francois Hollande, dalam sebuah wawancara dengan harian Le Monde, Jumat (30/8/2013).
”Setiap negara bebas memilih, apakah akan mengambil bagian dalam operasi semacam itu atau tidak . Itu berlaku untuk Inggris dan Prancis,” ujarnya.
Presiden Prancis telah bersumpah untuk “menghukum" rezim Presiden Bashar al-Assad atas dugaan serangan senjata kimia pada 21 Agustus 2013 lalu. ”Ada indikator yang menunjuk ke rezim Damaskus sebagai pihak yang bertanggung jawab,” imbuh dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS, Chuck Hagel, mengatakan, AS akan terus mencari teman koalisi internasional untuk bertindak bersama-sama di Suriah. Pernyataan Hagel itu sebagai respon atas keputusan Parlemen Inggris yang menentang negaranya menyerang Suriah.
”Ini adalah tujuan Presiden (Barack) Obama dan pemerintah kami, apa pun keputusan yang diambil, itu menjadi kolaborasi dan upaya internasional,” kata Hagel selama perjalanan ke Filipina, seperti dikutip Reuters.
Dia menegaskan, meskipun Parlemen Inggris menolak rencana invasi militer ke Suriah, AS tetap akan berkonsultasi dengan Inggris sebelum memutuskan untuk menyerang Suriah.
Pasca-hasil pemungutan suara Parlemen Inggris yang menolak rencana invasi militer ke Suriah, Menteri Pertahanan Inggris, Philip Hammond, mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengambil bagian dalam aksi militer. ”Saya berharap kami akan membawa argumen (invasi ke Suriah), tetapi kami memahami ada kecurigaan tentang keterlibatan (Inggris) di Timur Tengah,” kata Hammond.
(esn)