Mahasiswi Sydney bangga foto vulgarnya jadi sampul koran
A
A
A
Sindonews.com – Lily Patchett, 18, seorang mahasiswi menjadi sorotan di Universitas Sydney. Musababnya, ia merelakan foto organ intimnya dijadikan sampul koran kampus dan dicetak sebanyak 4 ribu eksemplar.
Anehnya, Lily justru bangga organ intimnya dimuat di sampul koran kampus tanpa sensor, dengan alasan sebagai suara kejujuran. Sebanyak 4 ribu koran Honi Soit dengan sampul foto vulgar itu, akhirnya disita Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Sydney.
Redaksi koran kampus itu sengaja memajang foto organ intim mahasiswi tersebut, karena menganggap perempuan merasa lebih baik dengan memiliki organ vital yang normal, kemudian menunjukkannya kepada orang lain.
”Kami lelah masyarakat memberikan kita segudang hal untuk menilai tentang tubuh kita sendiri," kata editor Honi Soit, dalam akun Facebook-nya.
Lily sendiri mengaku bangga, meski foto organ intimnya menjadi bahan kampanye kontroversial. ”Saya bangga menjadi bagian dari proyek ini, karena saya sudah memiliki apa yang dimiliki seorang wanita. Saya membantu mereka dalam proses untuk berdamai dengan tubuh mereka sendiri,” ujar Lily, kepada news.com.au, yang dilansir Kamis (22/8/2013).
”Bagi saya (itu) sampul yang jujur. Setiap wanita yang terlibat dalam proyek dan dikutip dalam artikel itu berbicara dari hati mereka," katanya lagi. Lily adalah anggota Kolektif Perempuan di Universitas Sydney. Dia direkrut untuk proyek Soit Honi, pada salah satu pertemuan kelompok itu.
”Suatu hari ketika saya sedang duduk di sebuah pertemuan, Lucy Watson, salah satu editor Honi, datang untuk memberitahu kami tentang proyek dan bertanya apakah ada yang ingin berpikir untuk berpartisipasi,” kata Lily.
Anehnya, Lily justru bangga organ intimnya dimuat di sampul koran kampus tanpa sensor, dengan alasan sebagai suara kejujuran. Sebanyak 4 ribu koran Honi Soit dengan sampul foto vulgar itu, akhirnya disita Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Sydney.
Redaksi koran kampus itu sengaja memajang foto organ intim mahasiswi tersebut, karena menganggap perempuan merasa lebih baik dengan memiliki organ vital yang normal, kemudian menunjukkannya kepada orang lain.
”Kami lelah masyarakat memberikan kita segudang hal untuk menilai tentang tubuh kita sendiri," kata editor Honi Soit, dalam akun Facebook-nya.
Lily sendiri mengaku bangga, meski foto organ intimnya menjadi bahan kampanye kontroversial. ”Saya bangga menjadi bagian dari proyek ini, karena saya sudah memiliki apa yang dimiliki seorang wanita. Saya membantu mereka dalam proses untuk berdamai dengan tubuh mereka sendiri,” ujar Lily, kepada news.com.au, yang dilansir Kamis (22/8/2013).
”Bagi saya (itu) sampul yang jujur. Setiap wanita yang terlibat dalam proyek dan dikutip dalam artikel itu berbicara dari hati mereka," katanya lagi. Lily adalah anggota Kolektif Perempuan di Universitas Sydney. Dia direkrut untuk proyek Soit Honi, pada salah satu pertemuan kelompok itu.
”Suatu hari ketika saya sedang duduk di sebuah pertemuan, Lucy Watson, salah satu editor Honi, datang untuk memberitahu kami tentang proyek dan bertanya apakah ada yang ingin berpikir untuk berpartisipasi,” kata Lily.
(esn)