PBNU sebut krisis Mesir parah karena ulama vakum
A
A
A
Sindonews.com - Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) mengutuk tindakan kekerasan militer Mesir terhadap para demonstran. PBNU menyebut, kekerasan di Mesir parah, karena tidak berjalannya peran ulama.
”Di sana (Mesir) jelas ada kekosongan dan kevakuman ulama. Coba kalau ulama diperankan, pasti tidak seperti ini. Itu kan masalah politik. Para ulama harus bicara. Jangan politik terus yang bicara," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj di Balaikota, Jakarta, Senin (19/8/2013).
Said Agil berujar, Mesir memiliki universitas yang menghasilkan ulama-ulama besar berilmu hebat. Hanya saja, lanjut dia, tidak peran ulama yang maksimal dalam menyikapi kasus kekerasan nasional itu.
Atas dasar itulah, PBNU meminta pihak al-Azhar di Mesir berperan aktif menyelesaikan konflik berkepanjangan di Mesir. ”Iya dong. Jelas sekali al-Azhar tidak berperan. Kosong. Kalau al-Azhar berperan, insyaallah tidak akan separah ini. Karena kan sekarang sudah 3.000 lebih korban yang meninggal. Ikhwanul Muslimin terus melawan," ucapnya.
Said Agil lantas membandingkan peran ulama Mesir dengan Indonesia. Menurutnya, sejak massa pemerintahan Soekarno sampai Soeharto, selalu ada peran civil society dari Lembaga Islam seperti NU, Muhammadiyah dan Ormas yang ikut serta menyelesaikan masalah.
”Mesir berdarah-darah, kita di Indonesia alhamdulillah dari Soekarno ke Pak Harto selalu berperan civil society. Jadi, walaupun ada korban, tapi selalu ada peran organisasi non-politik, bukan politik,” imbuh Said.
”Di sana (Mesir) jelas ada kekosongan dan kevakuman ulama. Coba kalau ulama diperankan, pasti tidak seperti ini. Itu kan masalah politik. Para ulama harus bicara. Jangan politik terus yang bicara," kata Ketua Umum PBNU, KH Said Agil Siradj di Balaikota, Jakarta, Senin (19/8/2013).
Said Agil berujar, Mesir memiliki universitas yang menghasilkan ulama-ulama besar berilmu hebat. Hanya saja, lanjut dia, tidak peran ulama yang maksimal dalam menyikapi kasus kekerasan nasional itu.
Atas dasar itulah, PBNU meminta pihak al-Azhar di Mesir berperan aktif menyelesaikan konflik berkepanjangan di Mesir. ”Iya dong. Jelas sekali al-Azhar tidak berperan. Kosong. Kalau al-Azhar berperan, insyaallah tidak akan separah ini. Karena kan sekarang sudah 3.000 lebih korban yang meninggal. Ikhwanul Muslimin terus melawan," ucapnya.
Said Agil lantas membandingkan peran ulama Mesir dengan Indonesia. Menurutnya, sejak massa pemerintahan Soekarno sampai Soeharto, selalu ada peran civil society dari Lembaga Islam seperti NU, Muhammadiyah dan Ormas yang ikut serta menyelesaikan masalah.
”Mesir berdarah-darah, kita di Indonesia alhamdulillah dari Soekarno ke Pak Harto selalu berperan civil society. Jadi, walaupun ada korban, tapi selalu ada peran organisasi non-politik, bukan politik,” imbuh Said.
(esn)