Indonesia sampaikan visi ASEAN Pasca 2015
A
A
A
Sindonews.com - Menlu RI, Marty Natalegawa mengatakan, ada tiga hal fundamental yang menjadi Visi ASEAN pasca 2015. Demikian diungkapkan Marty dalam dialog di Foreign Correspondent’s Club of Thailand di Bangkok, Thailand, Rabu (10/11/2013).
"Tiga hal fundamental yang menjadi visi ASEAN pasca 2015 yaitu Konsolidasi Komunitas ASEAN, Peran ASEAN dalam komunitas global bangsa-bangsa tahun 2022 dan komitmen terhadap dua tujuan jangka panjang ASEAN," ungkap Marty.
Marty kemudian menjelaskan, dua tujuan jangka panjang ASEAN yang menjadi visi Indonesia dalam bidang ekonomi, yakni mengandakan GDP ASEAN dan menurunkan setengah angka kemiskinan di negara ASEAN pada 2030 mendatang.
Hal ini sebelumnya sempat disampaikan, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Bandar Sri Begawan saat KTT ASEAN pada 23-24 April 2013 lalu.
Sementara dalam bidang politik dan keamanan kawasan, visi pentingnya ASEAN adalah mentransformasikan nilai-nilai dalam Treaty of Amity and Cooperation ke lingkup yang lebih luas, yaitu Asia Pasifik dan bahkan Indo-Pasifik.
“Saatnyalah kawasan memiliki Treaty of Friendship and Cooperation di kawasan Asia Pasifik dan bahkan Indo Pasifik” lanjut Marty.
Marty memaparkan, kedepannya ada 4 hal yang patut menjadi perhatian semua negara anggota ASEAN yang berpotensi menjadi pemicu instabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia dan Pasifik. "Isu nuklir di Semenanjung Korea, klaim tumpang tindih atas wilayah, isu domestik sebuah negara yang memiliki dampak regional dan hubungan bilateral antara negara kunci di kawasan," ungkap Marty.
“ASEAN harus terus memainkan peran sentral untuk memastikan keberlanjutan stabilitas dan keamanan di kawasan yang memungkinkan negara di kawasan melanjutkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan rakyatnya,” ujar Marty. “Sentralitas ASEAN tidak hanya dapat didengung-dengungkan, namun harus diraih dan digapai,” lanjutnya.
“Dalam situasi regional dan global yang dinamis seperti saat ini, berdiam diri bukan lagi menjadi pilihan kebijakan bagi ASEAN”, lanjut Marty.
Guna memastikan peran sentralitas ASEAN di kawasan, Marty menjelaskan setidaknya ada 3+1 hal yang harus dilakukan, yakni mendorong adanya saling percaya “trust and confidence” di antara negara di kawasan, mendorong penyelesaian permasalahan secara damai ”peaceful settlement of disputes” dan menumbuh kembangkan paradigma baru interaksi antarnegara yang berlandaskan kerja sama serta menjaga ketahanan ekonomi kawasan “economic resilience”.
Marty menjelaskan bahwa, keamanan, stabilitas dan kemakmuran adalah milik bersama, untuk mencapai keamanan dan stabilitas sebuah negara tidak harus diartikan menjadi ancaman bagi negara lain. Sebab, itu adalah paradigma baru interaksi antarnegara di kawasan yang terus Indonesia dorong.
"Tiga hal fundamental yang menjadi visi ASEAN pasca 2015 yaitu Konsolidasi Komunitas ASEAN, Peran ASEAN dalam komunitas global bangsa-bangsa tahun 2022 dan komitmen terhadap dua tujuan jangka panjang ASEAN," ungkap Marty.
Marty kemudian menjelaskan, dua tujuan jangka panjang ASEAN yang menjadi visi Indonesia dalam bidang ekonomi, yakni mengandakan GDP ASEAN dan menurunkan setengah angka kemiskinan di negara ASEAN pada 2030 mendatang.
Hal ini sebelumnya sempat disampaikan, Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono di Bandar Sri Begawan saat KTT ASEAN pada 23-24 April 2013 lalu.
Sementara dalam bidang politik dan keamanan kawasan, visi pentingnya ASEAN adalah mentransformasikan nilai-nilai dalam Treaty of Amity and Cooperation ke lingkup yang lebih luas, yaitu Asia Pasifik dan bahkan Indo-Pasifik.
“Saatnyalah kawasan memiliki Treaty of Friendship and Cooperation di kawasan Asia Pasifik dan bahkan Indo Pasifik” lanjut Marty.
Marty memaparkan, kedepannya ada 4 hal yang patut menjadi perhatian semua negara anggota ASEAN yang berpotensi menjadi pemicu instabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia dan Pasifik. "Isu nuklir di Semenanjung Korea, klaim tumpang tindih atas wilayah, isu domestik sebuah negara yang memiliki dampak regional dan hubungan bilateral antara negara kunci di kawasan," ungkap Marty.
“ASEAN harus terus memainkan peran sentral untuk memastikan keberlanjutan stabilitas dan keamanan di kawasan yang memungkinkan negara di kawasan melanjutkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan rakyatnya,” ujar Marty. “Sentralitas ASEAN tidak hanya dapat didengung-dengungkan, namun harus diraih dan digapai,” lanjutnya.
“Dalam situasi regional dan global yang dinamis seperti saat ini, berdiam diri bukan lagi menjadi pilihan kebijakan bagi ASEAN”, lanjut Marty.
Guna memastikan peran sentralitas ASEAN di kawasan, Marty menjelaskan setidaknya ada 3+1 hal yang harus dilakukan, yakni mendorong adanya saling percaya “trust and confidence” di antara negara di kawasan, mendorong penyelesaian permasalahan secara damai ”peaceful settlement of disputes” dan menumbuh kembangkan paradigma baru interaksi antarnegara yang berlandaskan kerja sama serta menjaga ketahanan ekonomi kawasan “economic resilience”.
Marty menjelaskan bahwa, keamanan, stabilitas dan kemakmuran adalah milik bersama, untuk mencapai keamanan dan stabilitas sebuah negara tidak harus diartikan menjadi ancaman bagi negara lain. Sebab, itu adalah paradigma baru interaksi antarnegara di kawasan yang terus Indonesia dorong.
(esn)